TUGAS
MAKALAH
ASPEK
PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK
(UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK)
Dibina
oleh : Bapak Drs. Nur Widodo,Mkes
Oleh :
Ulfa Maulida Farid (201210070311132
)
Waqiatus Sholiha (201210070311161)
Arga Satria (201210070311169)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MALANG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. makalah yang
berjudul : Aspek Perkembangan Sosial Peserta Didik.
Atas semua bimbingan dan bantuan, dukungan dan perhatian
yang telah diberikan, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Drs. Nur Widodo,Mkes yang telah
membimbing dan banyak membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman kelompok yang sudah banyak membantu
dan mendukung.
Makalah ini merupakan gagasan atau penjelasan
mengenai aspek-aspek apa saja dalam perkembangan pesera didik. Kami menyadari ada kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kepentingan kualitas di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat diterima dan berguna.
Malang,
19 oktober 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Perkembangan yang terjadi pada anak
meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun
non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi
sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Kesepakatan para
ahli menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses
perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka
berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam
bentuknya yang hakiki. (Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).
Beberapa teori
perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan
berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang.
Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan
kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan
interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting.
Proses tersebut
merupakan proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang
secara aktif melakukan proses sosialisasi.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di
atas, maka yang menjadi rumusan masalah di dalam makalah ini adalah :
- Apa makna
perkembangan social peserta didik?
- Bagaimana
teori perkembangan social peserta didik?
- Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi
perkembangan sosial anak ?
C. Tujuan
Penulisan
Penulisan makalah
ini bertujuan untuk mengetahui makna perkembangan sosial peserta didik, mengetahui
teori perkembangan sosial dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan sosial peserta didik
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial peserta didik adalah
tingkatan jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua,
saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas. Sedangkan perkembangan emosional adalah
luapan perasaan ketiak anak berinteraksi dengan orang lain. Dengan demikian dapat dipahami bahwa
perkembangan social emosional tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain membahas perkembangan social
harus melibatkan emosional.
Berikut pengertian
perkembangan sosial menurut beberapa ahli:
1.
Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif
melalui kegiatan yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan
sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan oleh adanya
kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.[1]
2.
Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah
kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam
berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.
3.
Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan
kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus
melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut
norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.
Jadi, dapat
diartikan bahwa perkembangan sosial akan
menekankan perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang
anak atau individu yang lebih besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya,
karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan
kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.
B.
TEORI
PERKEMBANGAN SOSIAL
Salah satu
tokoh psikologi perkembangan yang merumuskan teori perkembangan sosial peserta
didik adalah Erik Erison. Erik
Erikson sangat terkenal dengan tulisaanya di bidang psikologi anak. Dia
mengembangkan teori yang disebut teori perkembangan psikososial dimana ia
membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan.
Berikut ini terori perkembangan sosial menurut
Erik Erikson yang tergambar pada tahap-tahap perkembangan anak sebagai berikut:
Umur
|
Fase Perkembangan
|
Perkembangan Perilaku
|
0 – 1
|
Trust vs Mistrust
|
Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya
diri kepada orang lain, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.
|
2 – 3
|
Autonomy vs Shame
|
Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan
anak atau masa “nakalnya”. Namun
kenakalannya tidak dapat dicegah begitu saja, karena tahap ini anak sedang
mengembangkan kemampuan motorik dan mental, sehingga yang diperlukan justru
mendorong dan memberikan tempat untukmengembangkan motorik dan mental. Pada
saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting disekitarnya, misal
orang tua atau guru.
|
4 – 5
|
Inisiative vs Guilt
|
Mereka banyak bertanya dalam segala hal, sehingga
terkesan cerewet. Mereka juga
mengalami perngembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau
fantasi.
|
6 – 11
|
Indusstry vs Inferiority
|
Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan
termotivasi untuk belajar. Namun masih
memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.
|
12 -18/20
|
Ego-identity vs Role on fusion
|
Tahap ini manusia ingin mencari identitas dirinya. Anak yang sudah beranjak menjadi remaja
mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat. Namun masih belum bisa mengatur dan
memisahkan tugas dalam peran yang berbeda.
|
18/19 – 30
|
Intimacy vs Isolation
|
Memasuki tahap ini manusia sudah mulai siap menjalani
hubungan intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga bersama calon
pilihannya
|
31 – 60
|
Generation vs Stagnation
|
Tahap ini ditandai dengan munculnya kepedulian yang
tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia
dewasa
|
60 ke atas
|
Ego Integrity vs putus
asa
|
Masa ini dimulai pada usia 60-an, masa dimana manusia
mulai mengembangkan integritas dirinya.
|
C. PERKEMBANGAN SOSIAL (BAYI, KANAK-KANAK, REMAJA, DEWASA)
1. Perkembangan sosial pada masa bayi
Interaksi sosial
dengan orang lain sudah dimulai sejak masa bayi dengan cara yang sangat
sederhana. Pada tahun pertama kehidupan,
interaksi sosial anak sangat terbatas, yang utama dengan ibu dan pengasuhnya.
Interaksi tersebut dilakukan dengan pandangan, pendengaran dan bau
badan. Kepedulian terhadap lingkungan hampir tidak ada, sehingga apabila
kebutuhannya sudah terpenuhi anak tidak peduli lagi terhadap lingkungan.
a.
Reaksi sosial terhadap orang dewasa
Pada masa bayi ini
bayi senang sekali bila diajak berhubungan atau berteman oleh orang lain,
misalnya diajak berbicara, bermain dan sebagainya. Makin besar anak makin membutuhkan tidak
hanya kontak fisik namun juga kontak psikis.
Kontak fisik dapat diwujudkan dengan menggendong, menggandeng, mengelus
rambut, mencium, memandikan. Sedangkan
kontak psikis dapat berupa pemberian perhatian, kasih sayang, dorongan.
Beberapa perilaku
lazim yang sering muncul pada masa bayi antara lain:
1)
Imitasi (peniruan), yakni bayi senang sekali meniru
tingkah laku atau sikap orang-orang dewasa yang ada disekitarnya, misalnya
menirukan orang tertawa, tersenyum, tepuk tangan dan sebagainya.
2)
Shyness (perasaan malu), yakni pada masa ini anak mudah sekali
merasa alu atau takut terhadap orang-orang yang belum dikenalnya. Akan tetapi
sebaliknya anak menjadi tidak mudah takut atau malu setelah dapat mengenal
lebih terhadap orang tersebut.
3)
Dependency (ketergantungan), yakni anak tidak dapat hidup tanpa
bantuan orang lain.
4)
Acceptance or the authority, menerima kekuatan atau kekuasaan yang melebihi dirinya
yang ada diluar dirinya.
5)
Rivalry (persaingan dan resistant behavior). Resistant behavior bertujuan untuk
menunjukkan kekuatan.
6)
Attention seeking (perhatian
akan sesuatu). Pada masa ini timbul niat atau kemauan anak untuk mengenal lebih
lanjut atas apa yang dilihatnya, misalnya bermain-main dengan jenggot anaknya.
7)
Cooperation behavior, manifestasi tingkah laku dapat diwujudkan dalam bentuk
bermain bersama-sama temannya, bergurau dengan temannya, tergaul dan ergabung
dengan teman-temannya.
b.
Implikasi pada pendidikan
Bayi membutuhkan
perawatan dan pemberian kasih sayang, lingkungan perlu memberikan rangsangan
motorik yang kontinyu untuk membantu perkembangan motorik. Pemaksaan dan reaksi orang dewasa yang
menolak dapat mengakibatkan kemunduran, anak akan menjadi takut dan tidak
bahagia. Pemberian afeksi bagi bayi lebih dipentingkan daripada terus memaksa
bayi melakukan sesuatu prilaku yang tidak mungkin dilakukan.
2.
Perkembangan sosial pada masa
prasekolah
Selama masa
prasekolah, banyak anak yang mulai mengadakan hubungan dekat dengan orang-orang
non keluarga. Pada saat anak menjelajahi
dunia prasekolah mereka mengalami serangkaian situasi sosial yang baru dan
bervariasi. Beberapa situasi baru
berhubungan dengan bermain.
Pada masa ini,
anak sudah mulai membentuk masyarakat kecil yang anggotanya terdiri dari dua
atau tiga anak. Mereka bermain bersama-sama walaupun kelempok itu hanya dapat
bertahan dalam waktu yang relatif singkat.
Dalam perkumpulannya ia harus bergaul dan menyesuaikan dirinya dengan
anak yang lain. Kadang-kadang ia
berkelahi dengan temannya sendiri.
Di lingkungn
keluarga, anak suka menuntut kasih sayang ibunya hanya untuk diriya
sendiri. Dalam dirinya mulai timbul
perasaan iri hati kepada orang seisi rumah khususnya kakak atau adik yang
membutuhkan perhatian ibunya.
Dalam masa ini
yang sangat menonjol adalah sikap simpatinya.
Rasa simpati sudah dikenal sangat sederhana, seperti sikap menolong,
melindungi teman, membela teman yang lain dan sebagainya. Ia tidak merasa takut atau malu jika berada
diantara orang-orang yang disukainya.
Tetapi ia akna merasa takut berada diantara orang-orang yang tidak
disukainya.
Implikasi dalam Pendidikan
ü Sebagai pendidik
perlu mengetahui bahwa bermain adalah sarana belajar yang luar biasa ampuh bagi
anak kecil.
ü Sebagai pendidik
perlu mendorong anak menggunakan inisiatifnya pada pengalaman sehari-hari.
ü Bila anak mengalami
kesulitan bergabung dengan teman-teman sebayanya pendidik harus memberi contoh
bagaimana cara berpartisipasi dan bergabung dalam kelompok.
3. Perkembangan sosial pada masa sekolah
Perkembangan
sosial dan kepribadian mulai dari usia
pra sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan
sosial. Anak-anak mulai melepaskan diri dari keluarga dan makin mendekatkan
diri pada orang-orang disamping keluarga.
a.
Kegiatan Bermain
Dibanding
dengan masa sebelumnya anak pada usia sekolah ini mau tidak mau akan mengurangi
waktu bermain daripada masa sebelumnya. Bermain sangat penting bagi
perkembangan fisik, psikis dan sosial anak. Dengan bermain anak berinteraksi
dengan teman yang akan memberikan berbagai pengalaman berharga.
b.
Interaksi dengan
anak-anak sebaya
Meluasnya
lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang
ada diluar pengawasan orang tua. Interaksi dengan teman sebaya merupakan
permulaan hubungan persahabatan.
Persahabatan pada awal masa sekolah pada umumnya terjadi atas dasar
aktivitas bersama. Hubungan persahabatan itu bersifat timbal balik dan memiliki
sifat-sifat sebagai berikut: (a)ada saling pengertian, (b) saling membantu, (c)
saling percaya, (d) saling menghargai dan menerima.
Teman sebaya
pada umumnya adalah teman sekolah atau teman bermain di luar sekolah. Minat
terhadap kegiatan kelompok mulai timbul. Mereka memiliki teman-teman sebaya
untuk melakukan kegiatan bersama, seperti belajar bersama, melihat pertunjukan,
bermain dan sebagainya.
4.
Perkembangan sosial pada masa
remaja
Pada usia
remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan
kompleks dibandingkan denga masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan
lawan jenis. Pemuasan interlektual juga
didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk
memecahkan masalah. Mengikuti organisasi
sosial juga memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja, namun
demikian agara remaja dapat bergaul dengan baik dalam kelompoknya diperlukan
kopentensi sosial yang berupa kemampuan dan ketrampilan berhubungan dengan
orang lain.
Suatu
penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Bronson, menyimpulkan adanya tiga
pola orientasi sosial, yaitu:
a. Withdrawal vs. Expansive
Anak yang tergolong withdrawal
adalah anak yang mempunyai kecenderungan menarik diri dalam kehidupan sosial,
sehingga dia lebih senang hidup menyendiri. Sebaliknya anak expansive suka menjelajah, mudah ergaul
dengan orang lain sehingga pergaulannya luas.
b. Reaxtive vs aplacidity
Anak yang reactive
pada umumnya memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingg mereka banyak
kegiatan, sedangkan anak yang aplacidity
mempunyai sifat acuh tak acuh bahkan tak peduli terhadap kegiatan sosial.
Akibatnya mereka terisolir dalam pergaulan sosial.
c. Passivity vs Dominant
Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak mengikuti kegiatan sosial namun mereka
cukup puas sebagai anggota kelompok saja, sebaliknya anak yang dominant mempunyai kecenderungan
menguasai dan mempengaruhi teman-temannya sehingga memiliki motivasi yang
tinggi untuk menjadi pemimpin
1)
Tujuan perkembangan Sosial
Remaja
a)
Memperluas kontak sosial
Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan
kemudahanya, apakan disekolah atau dilingkungan tetngga. Remaja mulai menginginkan teman yang memiliki
nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman, mereka dapat
mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan
dengan orangtua.
b)
Mengembangakan
identitas diri
Remaja dalam kehidupannya mulai ingin menjawab pertanyaan
tentang dirinya, ”siapakah saya?”
c)
Menyesuaikan dengan kematangan seksual
d)
Belajar menjadi orang dewasa
2) Sikap Sosial Remaja
Perkembangan sikap
sosial remaja ada yang disebut sikap konformitas dan sikap heteroseksual. Sikap
konformitas merupakan sikap ke arah penyamanan kelompok yang menekankan remaja
dapat bersifat positif dan negatif. Sikap
konformitas yang negatif seperti pengrusakan, mencuri dll. Sedang konformitas positif misalnya
menghabiskan sebagian waktu dengan anggota lain yang melibatkan kegiatan sosial
yang beik (Santrock,1997).
Perubahan sikap dan
prilaku seksual remaja yang paling menonjol adalah bidang heteroseksual (
Hurlock, 1991). Mereka mengalami perkembangan dari tidak menyukai lawan jenis,
menjadi menyukai lawan jenis. Kesempatan
dalam berbagai kegiatan sosial semakin
luas, yang menjadikan remaja memiliki wawasan yang lebih luas. Remaja semakin mampu dalam berbagai kemampuan
sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Terkait dengan
hubungan heteroseksual ada beberapa tujuan yang dicapai yaitu;
a)
Remaja dapat berlajar berinteraksi dengan lawan jenis,
dimana akan mempermudah perkembangan sosial mereka terutama kehidupan keluarga.
b)
Remaja akan dapat melatih diri untuk menjadi mandiri,
yaitu diperoleh dengan berbagai kegiatan sosial.
c)
Remaja akan mendapatkan status tersendiri dalam kelompok,
d)
Remaja dapat belajar melakukan memilih teman.
3) Implikasi dalam Pendidikan
Pendidik harus
membimbing remaja agar dapat mencapai hubungan baru dan yang lebih matang
dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan
wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif,
mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab, mempersiapkan
karier ekonomi, mempersiapakn perkawinan dan keluarga, memperoleh perangkat
nilai, serta sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan
ideologi
4) Keluarga dan Hubungan Sosial
Pola kehidupan
keluarga mengalami perubahan seiring meningkatnya usia seseorang. Pensiun yang berarti berkurangnya pendapatan,
kematian pasangan, keduanya juga mempengaruhi kehidupan dalam keluarga. Semua perubahan menuntut penyesuaian. Penyesuaian dalam keluarga yang dianggap
penting dalam keluarga menurut Hurlock (1993:420) adalah :
a)
Hubungan dengan pasangan hidupnya
b)
Hubungan dengan anak
c)
Ketergantungan orang tua
d)
Hubungan dengan para cucu
Hubungan dengan orang lain cenderung dan berkurang atau
menurun. Kontak sosial dengan teman atau sahabat yang masih terjalin memiliki
efek yang sangat positif bagi lanjut usia.
Lanjut usia akan
lebih menikmati waktunya dengan temannya daripada dengan keluarganya, karena
dengan sesama lanjut usia mereka lebih dapat berdiskusi dengan masalah-masalah
yang mereka hadapi bersama dan saling membantu memecahkan masalah
masing-masing.
D.
Faktor – faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor
yaitu :
1.
Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan
pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan
sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang
kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan
kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika
berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2.
Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan
kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial,
memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan
emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.
3.
Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial
ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan
kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4.
Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang
terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan
mereka dimasa yang akan datang.
5.
Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal,
seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan
emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang
berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh
karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan
keberhasilan perkembangan sosial anak.
BAB
III
PENUTUP
Interaksi sosial
dengan orang lain sudah dimulai sejak masa bayi sampai akhir hayat. Menurut Erik H. Erikson (1963), perkembangan
sosial terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
1.
Infancy (0-1
tahun) : Trust VS Mistrust
2.
Early childhood
(1-3 tahun) : Autonomy VS Shame, doubt
3.
Preschool age
(3-6 tahun) : Inisiative VS Guilt
4.
School age (6-12
tahun) : Industry VS Inveriority
5.
Adolescence (12-20 tahun) : Identity VS Identity
confusion
6.
Young adulthood
(20-30 tahun) : Intimacy VS Isolation
7.
adulthood (30-65
tahun ) : Generativy VS Stagnation
8.
Senescence
(>65 tahun) : Ego integrity VS Despair
Beberapa perilaku yang muncul pada massa bayi antara lain
imitasi, shyness, pependancy, acceptance,
or authority, revalry, attention seeking dan coorperation behavior. Pada masa prasek dan yang
menonjol adalah sikap simpatinya. Pada masa remaja interaksi sosial dengan
temaan sebaya bertambah luas dan kompleks. Perkembangan sosial pada masa dewasa
dibagi menjadi tiga, yaitu dewasa dini, dewasa madya dan dewasa akhir.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial
yaitu :
1.
Keluarga ; merupakan pengaruh terhadap berbagai aspek
perkembangan sosialnya.
2.
Pematangan ; diperlukan agar dapat bersosialisasi dengan
baik.
3.
Status Sosial Ekonomi ; kehidupan sosial banyak
dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dalam keluarga.
4.
Pendidikan ; merupakan proses sosialisasi anak yang
terarah.
5.
Emosi dan Intelegenci ; anak yang berkemampuan intelek
tinggi akan berkemampuan berbaha dengan baik.
BAB
IV
PENUTUP
Prof. Dr. H. Djaali. ,
2007. Educational Psychology, Jakarta:
Earth Literacy
Eka Izzaty, Rita. 1997.
Students developments. Yogyakarta:
UNY Press
Siswoyo, Dwi. , 2007. Science Education. Yogyakarta: UNY Press
Drs. Zulkifli L. ,
2009. Developmental Psychology.
Bandung: Teens Rosdakarya.
F.J. Monks, A.M.P.
Knoers, Dr. Siti Rahayu Haditono. , 2006.
PSYCHOLOGICAL Development,
Introduction to the various parts. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suyadi. , 2009. Can I make my son turns out Genius!.
Yogyakarta: Powerbooks
Dariyo, Agus. , 2004. adolescent Developmental Psychology.
Jakarta: Indonesia Ghalia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar