Sabtu, 08 Desember 2012

Aspek Perkembangan Sosial Peserta Didik (Kelompok 4)


TUGAS MAKALAH
ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK
(UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK)
Dibina oleh      : Bapak Drs. Nur Widodo,Mkes




 







Oleh    :        
                     Ulfa Maulida Farid        (201210070311132 )
            Waqiatus Sholiha           (201210070311161)
         Arga Satria                     (201210070311169)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMDIYAH MALANG
2012




KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya. makalah yang berjudul : Aspek Perkembangan Sosial Peserta Didik.
Atas semua bimbingan dan bantuan, dukungan dan perhatian yang telah diberikan, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.  Bapak Drs. Nur Widodo,Mkes yang telah membimbing dan banyak membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
2.  Teman-teman kelompok yang sudah banyak membantu dan mendukung.
Makalah  ini merupakan gagasan atau penjelasan mengenai aspek-aspek apa saja dalam perkembangan pesera didik. Kami  menyadari ada kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat  kami  harapkan demi kepentingan kualitas di masa yang akan datang. Semoga makalah ini dapat diterima dan berguna.

Malang, 19 oktober  2012









BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang Masalah
Perkembangan yang terjadi pada anak meliputi segala aspek kehidupan yang mereka jalani baik bersifat fisik maupun non fisik. Perkembanmgan berarti serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Kesepakatan para ahli menyatakan bahwa yang dimaksud dengan perkembangan itu adalah suatu proses perubahan pada seseorang kearah yang lebih maju dan lebih dewasa, naqmun mereka berbeda-beda pendapat tentang bagaimana proses perubahan itu terjadi dalam bentuknya yang hakiki. (Ani Cahyadi, Mubin, 2006 : 21-22).
Beberapa teori perkembangan manusia telah mengungkapkan bahwa manusia telah tumbuh dan berkembang dari masa bayi kemasa dewasa melalui beberapa langkah jenjang. Kehidupan anak dalam menelusuri perkembangnya itu pada dasarnya merupakan kemampuan mereka berinteraksi dengan lingkungan. Pada proses integrasi dan interaksi ini faktor intelektual dan emosional mengambil peranan penting.
Proses tersebut merupakan proses sosialisai yang mendudukkan anak-anak sebagai insan yang yang secara aktif melakukan proses sosialisasi.
B.  Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah di dalam makalah ini adalah :
  1. Apa makna perkembangan social peserta didik?
  2. Bagaimana teori perkembangan social peserta didik?
  3. Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial anak ?


C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui makna perkembangan sosial peserta didik, mengetahui teori perkembangan sosial dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial peserta didik


















BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial peserta didik adalah tingkatan jalinan interaksi anak dengan orang lain, mulai dari orang tua, saudara, teman bermain, hingga masyarakat secara luas.  Sedangkan perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketiak anak berinteraksi dengan orang lain.  Dengan demikian dapat dipahami bahwa perkembangan social emosional tidak dapat dipisahkan.  Dengan kata lain membahas perkembangan social harus melibatkan emosional.
Berikut pengertian perkembangan sosial menurut beberapa ahli:
1.    Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui kegiatan yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan sosial dan formasi pola tingkah lakunya yang luwes.  Hal itu disebabkan oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan sosial itu.[1]
2.    Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.
3.    Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.
Jadi, dapat diartikan  bahwa perkembangan sosial akan menekankan perhatiannya kepada pertumbuhan yang bersifat progresif. Seorang anak atau individu yang lebih besar tidak bersifat statis dalam pergaulannya, karena dirangsang oleh lingkungan sosial, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan kelompok dimana ia sebagai salah satu anggota kelompoknya.

B.           TEORI PERKEMBANGAN SOSIAL
Salah satu tokoh psikologi perkembangan yang merumuskan teori perkembangan sosial peserta didik adalah Erik Erison. Erik Erikson sangat terkenal dengan tulisaanya di bidang psikologi anak. Dia mengembangkan teori yang disebut teori perkembangan psikososial dimana ia membagi tahap-tahap perkembangan manusia menjadi delapan tahapan.
 Berikut ini terori perkembangan sosial menurut Erik Erikson yang tergambar pada tahap-tahap perkembangan anak sebagai berikut:
Umur
Fase Perkembangan
Perkembangan Perilaku
0 – 1
Trust vs Mistrust
Tahap pertama adalah tahap pengembangan rasa percaya diri kepada orang lain, sehingga mereka sangat memerlukan sentuhan dan pelukan.
2 – 3
Autonomy vs Shame
Tahap ini bisa dikatakan sebagai masa pemberontakan anak atau masa “nakalnya”.  Namun kenakalannya tidak dapat dicegah begitu saja, karena tahap ini anak sedang mengembangkan kemampuan motorik dan mental, sehingga yang diperlukan justru mendorong dan memberikan tempat untukmengembangkan motorik dan mental. Pada saat ini anak sangat terpengaruh oleh orang-orang penting disekitarnya, misal orang tua atau guru.
4 – 5
Inisiative vs Guilt
Mereka banyak bertanya dalam segala hal, sehingga terkesan cerewet.  Mereka juga mengalami perngembangan inisiatif/ide, sampai pada hal-hal yang berbau fantasi.
6 – 11
Indusstry vs Inferiority
Mereka sudah bisa mengerjakan tugas-tugas sekolah dan termotivasi untuk belajar.  Namun masih memiliki kecenderungan untuk kurang hati-hati dan menuntut perhatian.
12 -18/20
Ego-identity vs Role on fusion
Tahap ini manusia ingin mencari identitas dirinya.  Anak yang sudah beranjak menjadi remaja mulai ingin tampil memegang peran-peran sosial di masyarakat.  Namun masih belum bisa mengatur dan memisahkan tugas dalam peran yang berbeda.
18/19 – 30
Intimacy vs Isolation
Memasuki tahap ini manusia sudah mulai siap menjalani hubungan intim dengan orang lain, membangun bahtera rumah tangga bersama calon pilihannya
31 – 60
Generation vs Stagnation
Tahap ini ditandai dengan munculnya kepedulian yang tulus terhadap sesama. Tahap ini terjadi saat seseorang telah memasuki usia dewasa
60 ke atas
Ego Integrity vs putus asa
Masa ini dimulai pada usia 60-an, masa dimana manusia mulai mengembangkan integritas dirinya.

C.      PERKEMBANGAN SOSIAL (BAYI, KANAK-KANAK, REMAJA, DEWASA)
1.    Perkembangan sosial pada masa bayi
Interaksi sosial dengan orang lain sudah dimulai sejak masa bayi dengan cara yang sangat sederhana.  Pada tahun pertama kehidupan, interaksi sosial anak sangat terbatas, yang utama dengan ibu dan pengasuhnya. Interaksi tersebut dilakukan dengan pandangan, pendengaran dan bau badan. Kepedulian terhadap lingkungan hampir tidak ada, sehingga apabila kebutuhannya sudah terpenuhi anak tidak peduli lagi terhadap lingkungan.
a.         Reaksi sosial terhadap orang dewasa
Pada masa bayi ini bayi senang sekali bila diajak berhubungan atau berteman oleh orang lain, misalnya diajak berbicara, bermain dan sebagainya.  Makin besar anak makin membutuhkan tidak hanya kontak fisik namun juga kontak psikis.  Kontak fisik dapat diwujudkan dengan menggendong, menggandeng, mengelus rambut, mencium, memandikan.  Sedangkan kontak psikis dapat berupa pemberian perhatian, kasih sayang, dorongan.
Beberapa perilaku lazim yang sering muncul pada masa bayi antara lain:
1)        Imitasi (peniruan), yakni bayi senang sekali meniru tingkah laku atau sikap orang-orang dewasa yang ada disekitarnya, misalnya menirukan orang tertawa, tersenyum, tepuk tangan dan sebagainya.
2)        Shyness (perasaan malu), yakni pada masa ini anak mudah sekali merasa alu atau takut terhadap orang-orang yang belum dikenalnya. Akan tetapi sebaliknya anak menjadi tidak mudah takut atau malu setelah dapat mengenal lebih terhadap orang tersebut.
3)        Dependency (ketergantungan), yakni anak tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
4)        Acceptance or the authority, menerima kekuatan atau kekuasaan yang melebihi dirinya yang ada diluar dirinya.
5)        Rivalry (persaingan dan resistant behavior). Resistant behavior bertujuan untuk menunjukkan kekuatan.
6)        Attention seeking (perhatian akan sesuatu). Pada masa ini timbul niat atau kemauan anak untuk mengenal lebih lanjut atas apa yang dilihatnya, misalnya bermain-main dengan jenggot anaknya.
7)        Cooperation behavior, manifestasi tingkah laku dapat diwujudkan dalam bentuk bermain bersama-sama temannya, bergurau dengan temannya, tergaul dan ergabung dengan teman-temannya.

b.        Implikasi pada pendidikan
Bayi membutuhkan perawatan dan pemberian kasih sayang, lingkungan perlu memberikan rangsangan motorik yang kontinyu untuk membantu perkembangan motorik.  Pemaksaan dan reaksi orang dewasa yang menolak dapat mengakibatkan kemunduran, anak akan menjadi takut dan tidak bahagia. Pemberian afeksi bagi bayi lebih dipentingkan daripada terus memaksa bayi melakukan sesuatu prilaku yang tidak mungkin dilakukan.

2.         Perkembangan sosial pada masa prasekolah
Selama masa prasekolah, banyak anak yang mulai mengadakan hubungan dekat dengan orang-orang non keluarga.  Pada saat anak menjelajahi dunia prasekolah mereka mengalami serangkaian situasi sosial yang baru dan bervariasi.  Beberapa situasi baru berhubungan dengan bermain.
Pada masa ini, anak sudah mulai membentuk masyarakat kecil yang anggotanya terdiri dari dua atau tiga anak. Mereka bermain bersama-sama walaupun kelempok itu hanya dapat bertahan dalam waktu yang relatif singkat.  Dalam perkumpulannya ia harus bergaul dan menyesuaikan dirinya dengan anak yang lain.  Kadang-kadang ia berkelahi dengan temannya sendiri.
Di lingkungn keluarga, anak suka menuntut kasih sayang ibunya hanya untuk diriya sendiri.  Dalam dirinya mulai timbul perasaan iri hati kepada orang seisi rumah khususnya kakak atau adik yang membutuhkan perhatian ibunya.
Dalam masa ini yang sangat menonjol adalah sikap simpatinya.  Rasa simpati sudah dikenal sangat sederhana, seperti sikap menolong, melindungi teman, membela teman yang lain dan sebagainya.  Ia tidak merasa takut atau malu jika berada diantara orang-orang yang disukainya.  Tetapi ia akna merasa takut berada diantara orang-orang yang tidak disukainya.

Implikasi dalam Pendidikan
ü  Sebagai pendidik perlu mengetahui bahwa bermain adalah sarana belajar yang luar biasa ampuh bagi anak kecil.
ü  Sebagai pendidik perlu mendorong anak menggunakan inisiatifnya pada pengalaman sehari-hari.
ü  Bila anak mengalami kesulitan bergabung dengan teman-teman sebayanya pendidik harus memberi contoh bagaimana cara berpartisipasi dan bergabung dalam kelompok.

3.      Perkembangan sosial pada masa sekolah
Perkembangan sosial dan kepribadian  mulai dari usia pra sekolah sampai akhir masa sekolah ditandai oleh meluasnya lingkungan sosial. Anak-anak mulai melepaskan diri dari keluarga dan makin mendekatkan diri pada orang-orang disamping keluarga.
a.       Kegiatan Bermain
Dibanding dengan masa sebelumnya anak pada usia sekolah ini mau tidak mau akan mengurangi waktu bermain daripada masa sebelumnya. Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan sosial anak. Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman yang akan memberikan berbagai pengalaman berharga.

b.      Interaksi dengan  anak-anak sebaya
Meluasnya lingkungan sosial bagi anak menyebabkan anak menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar pengawasan orang tua. Interaksi dengan teman sebaya merupakan permulaan hubungan persahabatan.  Persahabatan pada awal masa sekolah pada umumnya terjadi atas dasar aktivitas bersama. Hubungan persahabatan itu bersifat timbal balik dan memiliki sifat-sifat sebagai berikut: (a)ada saling pengertian, (b) saling membantu, (c) saling percaya, (d) saling menghargai dan menerima.
Teman sebaya pada umumnya adalah teman sekolah atau teman bermain di luar sekolah. Minat terhadap kegiatan kelompok mulai timbul. Mereka memiliki teman-teman sebaya untuk melakukan kegiatan bersama, seperti belajar bersama, melihat pertunjukan, bermain dan sebagainya.
4.         Perkembangan sosial pada masa remaja
Pada usia remaja pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan kompleks dibandingkan denga masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan jenis.  Pemuasan interlektual juga didapatkan oleh remaja dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahkan masalah.  Mengikuti organisasi sosial juga memberikan keuntungan bagi perkembangan sosial remaja, namun demikian agara remaja dapat bergaul dengan baik dalam kelompoknya diperlukan kopentensi sosial yang berupa kemampuan dan ketrampilan berhubungan dengan orang lain.
Suatu penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Bronson, menyimpulkan adanya tiga pola orientasi sosial, yaitu:
a.      Withdrawal vs. Expansive
Anak yang tergolong withdrawal adalah anak yang mempunyai kecenderungan menarik diri dalam kehidupan sosial, sehingga dia lebih senang hidup menyendiri. Sebaliknya anak expansive suka menjelajah, mudah ergaul dengan orang lain sehingga pergaulannya luas.

b.      Reaxtive vs aplacidity
Anak yang reactive pada umumnya memiliki kepekaan sosial yang tinggi sehingg mereka banyak kegiatan, sedangkan anak yang aplacidity mempunyai sifat acuh tak acuh bahkan tak peduli terhadap kegiatan sosial. Akibatnya mereka terisolir dalam pergaulan sosial.
c.       Passivity vs Dominant
Anak yang berorientasi passivity sebenarnya banyak mengikuti kegiatan sosial namun mereka cukup puas sebagai anggota kelompok saja, sebaliknya anak yang dominant mempunyai kecenderungan menguasai dan mempengaruhi teman-temannya sehingga memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi pemimpin

1)        Tujuan perkembangan Sosial Remaja
a)      Memperluas kontak sosial
Remaja tidak lagi memilih teman-teman berdasarkan kemudahanya, apakan disekolah atau dilingkungan tetngga.  Remaja mulai menginginkan teman yang memiliki nilai-nilai yang sama, yang dapat memahami, membuat rasa aman, mereka dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orangtua.
b)      Mengembangakan  identitas diri
Remaja dalam kehidupannya mulai ingin menjawab pertanyaan tentang dirinya, ”siapakah saya?”
c)      Menyesuaikan dengan kematangan seksual
d)     Belajar menjadi orang dewasa
2)      Sikap Sosial Remaja
Perkembangan sikap sosial remaja ada yang disebut sikap konformitas dan sikap heteroseksual. Sikap konformitas merupakan sikap ke arah penyamanan kelompok yang menekankan remaja dapat bersifat positif dan negatif.  Sikap konformitas yang negatif seperti pengrusakan, mencuri dll.  Sedang konformitas positif misalnya menghabiskan sebagian waktu dengan anggota lain yang melibatkan kegiatan sosial yang beik (Santrock,1997).
Perubahan sikap dan prilaku seksual remaja yang paling menonjol adalah bidang heteroseksual ( Hurlock, 1991). Mereka mengalami perkembangan dari tidak menyukai lawan jenis, menjadi menyukai lawan jenis.  Kesempatan dalam berbagai kegiatan sosial  semakin luas, yang menjadikan remaja memiliki wawasan yang lebih luas.  Remaja semakin mampu dalam berbagai kemampuan sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan diri.
Terkait dengan hubungan heteroseksual ada beberapa tujuan yang dicapai yaitu;
a)      Remaja dapat berlajar berinteraksi dengan lawan jenis, dimana akan mempermudah perkembangan sosial mereka terutama kehidupan keluarga.
b)      Remaja akan dapat melatih diri untuk menjadi mandiri, yaitu diperoleh dengan berbagai kegiatan sosial.
c)      Remaja akan mendapatkan status tersendiri dalam kelompok,
d)     Remaja dapat belajar melakukan memilih teman.
3)      Implikasi dalam Pendidikan
Pendidik harus membimbing remaja agar dapat mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita, menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggungjawab, mempersiapkan karier ekonomi, mempersiapakn perkawinan dan keluarga, memperoleh perangkat nilai, serta sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku mengembangkan ideologi
4)   Keluarga dan Hubungan Sosial
Pola kehidupan keluarga mengalami perubahan seiring meningkatnya usia seseorang.  Pensiun yang berarti berkurangnya pendapatan, kematian pasangan, keduanya juga mempengaruhi kehidupan dalam keluarga.  Semua perubahan menuntut penyesuaian.  Penyesuaian dalam keluarga yang dianggap penting dalam keluarga menurut Hurlock (1993:420) adalah :
a)      Hubungan dengan pasangan hidupnya
b)      Hubungan dengan anak
c)      Ketergantungan orang tua
d)     Hubungan dengan para cucu
Hubungan dengan orang lain cenderung dan berkurang atau menurun. Kontak sosial dengan teman atau sahabat yang masih terjalin memiliki efek yang sangat positif bagi lanjut usia.
Lanjut usia akan lebih menikmati waktunya dengan temannya daripada dengan keluarganya, karena dengan sesama lanjut usia mereka lebih dapat berdiskusi dengan masalah-masalah yang mereka hadapi bersama dan saling membantu memecahkan masalah masing-masing.

D.          Faktor – faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu :
1.    Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga.
2.    Kematangan
Untuk dapat bersosilisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik dan psikis sehingga mampu mempertimbangkan proses sosial, memberi dan menerima nasehat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan emosional, disamping itu kematangan dalam berbahasa juga sangat menentukan.

3.    Status Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya.
4.    Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang.
5.    Kapasitas Mental : Emosi dan Intelegensi
Kemampuan berfikir dapat banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi perpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbahasa dengan baik. Oleh karena itu jika perkembangan ketiganya seimbang maka akan sangat menentukan keberhasilan perkembangan sosial anak.

BAB III
PENUTUP

 Interaksi sosial dengan orang lain sudah dimulai sejak masa bayi sampai akhir hayat.  Menurut Erik H. Erikson (1963), perkembangan sosial terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu :
1.        Infancy (0-1 tahun) : Trust VS Mistrust
2.        Early childhood (1-3 tahun) : Autonomy VS Shame, doubt
3.        Preschool age (3-6 tahun) : Inisiative VS Guilt
4.        School age (6-12 tahun) : Industry VS Inveriority
5.        Adolescence (12-20 tahun) : Identity VS Identity confusion
6.        Young adulthood (20-30 tahun) : Intimacy VS Isolation
7.        adulthood (30-65 tahun ) : Generativy VS Stagnation
8.        Senescence (>65 tahun) : Ego integrity VS Despair
Beberapa perilaku yang muncul pada massa bayi antara lain imitasi, shyness, pependancy, acceptance, or authority, revalry, attention seeking dan coorperation behavior. Pada masa prasek dan yang menonjol adalah sikap simpatinya. Pada masa remaja interaksi sosial dengan temaan sebaya bertambah luas dan kompleks. Perkembangan sosial pada masa dewasa dibagi menjadi tiga, yaitu dewasa dini, dewasa madya dan dewasa akhir.
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial yaitu :
1.            Keluarga ; merupakan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan sosialnya.
2.            Pematangan ; diperlukan agar dapat bersosialisasi dengan baik.
3.            Status Sosial Ekonomi ; kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi dalam keluarga.
4.            Pendidikan ; merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.
5.            Emosi dan Intelegenci ; anak yang berkemampuan intelek tinggi akan berkemampuan berbaha dengan baik.

BAB IV
PENUTUP

Prof. Dr. H. Djaali. , 2007. Educational Psychology, Jakarta: Earth Literacy
Eka Izzaty, Rita. 1997. Students developments. Yogyakarta: UNY Press
Siswoyo, Dwi. , 2007. Science Education. Yogyakarta: UNY Press
Drs. Zulkifli L. , 2009. Developmental Psychology. Bandung: Teens Rosdakarya.
F.J. Monks, A.M.P. Knoers, Dr. Siti Rahayu Haditono. , 2006. PSYCHOLOGICAL Development, Introduction to the various parts. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Suyadi. , 2009. Can I make my son turns out Genius!. Yogyakarta: Powerbooks
Dariyo, Agus. , 2004. adolescent Developmental Psychology. Jakarta: Indonesia Ghalia



Tidak ada komentar:

Posting Komentar