ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
( Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Perkembangan Belajar Peserta Didik
yang Dibimbing Oleh Bapak Nur Widodo )
Oleh :
Atier
Al Wifaq 201210070311137
Nurul Hidayati 201210070311149
Nayla
Berliana Nugrahandhini 201210070311171
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Oktober 2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur
Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat, Safa’at, Hidayah,
dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Makalah Aspek
Perkembangan Kognitif Peserta Didik pada Mata Kuliah Perkembangan Belajar
Peserta Didik dengan baik dan tepat waktu.
Dengan
terselesaikannya makalah ini kami diharapkan lebih memahami aspek perkembangan
kognitif ( Intelektual ) peserta didik, serta dapat memberikan wawasan kepada
pembaca agar dapat lebih memahami seputar perkembangan kognitif (intelektual)
peserta didik. Tentu yang disampaikan melalui makalah ini sangat terbatas,
untuk itu pembaca tetap sangat dianjurkan untuk membaca referensi-referensi
terkait.
Kami sangat
mengharpkan saran, kritik, dan revisi yang bersifat membangun dari pembaca
sekalian demi tersempurnakannya Makalah Aspek Perkembangan Kognitif (
Intelektual ) Peserta Didik ini di kemudian hari. Terima Kasih.
Malang,
18 Oktober 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................ i
Daftar isi .................................................................................................................. ii
BAB I .............................................................................................................. ........ 1
Pendahuluan .................................................................................................. ........ 1
A.Latar
Belakang .......................................................................................... ........ 1
B.Rumusan
Masalah ..................................................................................... ........ 2
C.Tujuan ........................................................................................................ ........ 2
D.Metodologi
Penulisan ................................................................................ ........ 2
E.Manfaat ...................................................................................................... ........ 2
BAB II ............................................................................................................ ........ 3
Pembahasan ................................................................................................... ........ 3
A.Pengertian
Perkembangan Kognitif ........................................................ ........ 3
B.Proses
Perkembangan Kognitif ................................................................ ........ 6
C.Karakteristik
Perkembangan Kognitif .................................................... ........ 10
D.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Perkembangan Kognitif ............. ........ 12
BAB III ........................................................................................................... ........ 16
Penutup .......................................................................................................... ........ 16
Kesimpulan .................................................................................................... ........ 16
Saran ............................................................................................................... ........ 17
Daftar Pustaka ............................................................................................... ........ 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Peserta didik tidak pernah lepas dari belajar, baik di
sekolah maupun dalam lingkungan keluarga. Sehingga kemampuan kognitif sangat
diperlukan peserta didik dalam pendidikan. Perkembangan kognitif
merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam perkembangan peserta
didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang berkaitan langsung
dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat menentukan
keberhasilan peserta didik dalam sekolah.
Dalam perkembangan
kognitif di sekolah, guru sebagai tenaga pendidik yang bertanggung jawab penuh dalam
pengembangan kognitif peserta didik perlu memiliki pemahaman yang sangat
mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya.
Orang tua juga tidak kalah
penting dalam kognitif anak karena, perkembangan dan pertumbuhan anak dimulai
di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum terlalu
memahami tentang perkembangan kognitif anak, proses perkembangan kognitif,
bahkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak.
Melalui makalah ini kami
mencoba untuk mengangkat masalah perkembangan kognitif peserta didik agar guru
dan orang tua dapat memberikan layanan pendidikan atau melaksanakan proses
pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang perkembangan kognitif peserta didik,
dapat kita ambil masalah-masalah yang mendasar terhadap perkembangan kognitif,
antara lain :
1. Apa pengertian perkembangan
kognitif peserta didik?
2. Bagaimana proses
perkembangan kognitif peserta didik?
3. Apa saja karakteristik perkembangan kognitif peserta
didik ?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan
kognitif peserta didik ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian perkembangan kognitif peserta
didik.
2.
Mengetahui proses-proses perkembangan kognitif peserta
didik.
3.
Mengetahui karakteristik perkembangan kognitif peserta
didik.
4.
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif peserta didik.
D.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang
kami gunakan dalam penulisan makalah ini adalah dengan mengumpulkan berbagai
data yang berkaitan dengan perkembangan kognitif peserta didik dari berbagai
sumber baik dari buku maupun dari internet yang kami anggap cukup relivan
dengan permasalahan. Kemudian kami memberikan pendapat-pendapat dari para ahli
untuk mendukung argument-argumen yang kami berikan dalam perkembangan kognitif
peserta didik.
E.
Manfaat
1.
Bagi penulis makalah ini memberikan manfaat yang sangat
besar, karena dengan adanya penyusunan makalah mengenai perkembangan kognitif
peserta didik, dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai perkembangan
kognitif.
2.
Bagi pembaca khususnya para peserta didik, makalah ini
dapat memberikan wawasan mengenai perkembangan kognitif. Dengan adanya makalah
ini peserta didik dapat berpartisipasi dalam meningkatkan kemampuan kognitif
yang dimilikinya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkembangan Kognitif
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif
anak mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara sederhana, pada buku
karangan (Desmita, 2009) dijelaskan kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai
kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan
penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya kemampuan kognitif ini
akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum yang lebih luas,
sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam interaksinya
dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah salah satu aspek
perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan, yaitu semua
proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan
memikirkan lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita, 2009).
Menurut Mayers
(1996), “cognition refers to all the mental activities associated with
thinking, and remembering” Pengertian yang hampir serupa dengan pengertian
yang diberikan oleh Margaret W. Matlin (1994), yaitu: “cognition, or mental
activity, involves the acquisition, storage, retrieval, and use of knowledge.”
Dalam “Dictionary of Psychology karya Drever”, dijelaskan bahwa “kognisi
adalah istilah umum yang mencakup segenap mode pemahaman, yaitu persepsi,
imajinasi, penangkapan makna, penilaian dan penalaran” (Kuper & Kuper,
2000). Pengertian ini pun hampir senada dengan pengertian pada “Dictionary of
Psychology” karya Chaplin (2002), dijelaskan bahwa kognisi adalah konsep umum
yang mencakup semua bentuk pengenalan, termasuk didalamnya mengamati, melihat,
memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan
menilai. Secara tradisional,
kognisi ini dipertentangkan dengan konasi (kemauan) dan dengan afeksi
(perasaan).
Sejumlah ahli psikologi juga menggunakan istilah thinking atau fikiran ini
untuk menunjukkan pengertian yang sama dengan cognition, yang mencakup berbagai
aktifitas mental, seperti: penalaran, pemecahan masalah, pembentukan
konsep-konsep, dan lain-lain. Sehingga dalam hal ini, Myers (1996)
menjelaskan bahwa, “thinking, or cognition, is the mental activity associated
with processing, understanding, and communicating information…these mental
activities, including the logical and sometimes illogical ways in which
we create concepts, solve problems, make decisions, and from judgments.”
Atkinson, dkk, (1991) mengartikan berfikir sebagai “kemampuan membayangkan dan
menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan
penggambaran ini. Pemecahan masalah yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan
pemecahan masalah melalui manipulasi yang nyata.”
Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan
interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan.
Piaget meyakini bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan
penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi
sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu
memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih
logis (Nur, 1998), dalam posting (Anwar Holil, 2008).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa
kognitif atau pemikiran adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk
menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran,
ingatan dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh
pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses
psikologis yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan,
mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).
Ide-ide dasar Teori Piaget dalam Perkembangan Kognitif.
Beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak
menurut piaget, antara lain :
1.
Anak adalah pembelajar yang aktif.
Menurut Piaget, anak itu tidak hanya mengobservasi dan mengingat semua yang
mereka lihat dan mereka dengar secara pasif. Padahal secara natural mereka
memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari
informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas dunia yang
mereka hadapi itu.
Dalam memehami dunia mereka sacara aktif, anak menggunakan “schema”(skema)
seperti yang disebutkan oleh Piaget, yaitu konsep-konsep atau kerangka yang ada
dalam pikiran anak yang digunakan untuk mengorganisasikan dan
menginterpretasikan informasi.
2.
Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari
pengalamannya.
Anak-anak itu tidak hanya mengumpulkan semua yang mereka pelajari dari
fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya anak memberikan gambaran khusus untuk membangun suatu
pandangan menyeluruh tentang dunia dan kehidupan sehari-hari.
3.
Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses
asimilasi dan akomodasi.
Ketika anak menggunakan dan beradaptasi terhadap skema yang mereka buat,
ada dua proses yang bertanggung jawab yaitu assimilation dan akomodasi. Asimilasi terjadi apabila seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam
pengetahuan yang sudah ada, yaitu anak mengasimilasikan lingkungan kedalam
suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi
baru, yaitu anak menyesuaikan skema yang dimilikinya dengan lingkungannya.
4.
Proses ekuilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah
bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek.
Menurut Piaget, ketika anak
melalui proses penyesuaian asimilasi dan akomodasi system kognisi anak
berkembang dari satu tahap ke tahap yang selanjutnya, sehingga kadang-kadang
mencapai keadaan equilibrium, yaitu keadaan seimbang antara struktur kognisinya
dan pengalamannya dilingkungan.
Menurut Piaget, pikiran
anak kecil berbeda secara kualitatif dibandingkan dengan anak yang lebih besar.
Maka dia menolak tentang definisi intelegensi yang didasarkan pada jumlah
jawaban yang benar dalam suatu tes intelegensi.
B. Proses Perkembangan Kognitif
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif, ada dua alternative proses
perkembangan kognitif yaitu pada teori dan tahap-tahap perkembangan yang
dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan kognitif oleh para pakar
psikologi pemprosesan informasi.
1.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget.
Piaget meyakini bahwa
pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia dewasa. Menurut teori
Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan
sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif,
yaitu tahap aensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional
(usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun),
dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas), dalam buku karangan
Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008).
a.
Tahap Sensori-Motorik (usia 0 sampai 2 tahun)
Desmita (2009:101)
Dikatakan bahwa bayi bergerak dari tindakan reflex instinktif pada saat lahir
sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu
pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor
dengan tindakan fisik. Dalam postingnya, (Arya, 2010) ”Piaget berpendapat bahwa
dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori motorik ini, inteligensi
anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi simulasi
sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan konkrit dan bukan
tindakan imaginer atau hanya dibayangan saja.” Pada proses ini Piaget menamakan
proses desentrasi, artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan
sebagai dua entitas yang berbeda.
b.
Tahap Pra-Operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai
merepresentasikan dunia dengan kata-kata dari berbagai gambar. Kata dan
gambar-gambar ini menunjukkan adanya peningkatan pemikiran simbolis dan
melampaui hubungan informasi indrawi dan tindakan fisik (Desmita, 2009). Begitu juga
dari sumber posting (Joesafira,2010) pada tahapan pra-operasional menurut
piaget ada beberapa cirri antara lain :
1.
Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak
belum mampu (secara perseptual, emosional-motivational, dan konsepsual) untuk
mengambil perspektif orang lain.
2.
Cara berpikir pra-operasional sangat memusat
(centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional,
maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan
mengabaikan dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga mengabaikan hubungannya
antara dimensi-dimensi ini.
3.
Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik
(irreversable). Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan
memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.
4.
Berpikir pra-operasional adalah terarah statis.
5.
Berpikir pra-operasional adalah transductive
(pemikiran yang meloncat-loncat). Tidak dapat melakukan pekerjaan secara
berurutan.
6.
Berpikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu
menempatkan suatu objek tidak berdasarkan realitas tetapi hanya yang ada dalam
pikirannya saja.
c.
Tahap Konkret-operasional (usia 7 sampai 11
tahun)
Ditahap ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa
yang konkret dan mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang
berbeda (Desmita, 2009). Tetapi dalam tahapan konkret-operasional masih
mempunyai kekurangan yaitu, anak mampu untuk melakukan aktivitas logis tertentu
tetapi hanya dalam situasi yang konkrit. Dengan kata lain, bila anak dihadapkan
dengan suatu masalah secara verbal, yaitu tanpa adanya bahan yang konkrit, maka
ia belum mampu untuk menyelesaikan masalah ini dengan baik.
d.
Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun sampai
dewasa)
Ditahap ini remaja
berfikir dengan cara yang lebih abstrak, logis, dan lebih idealistik. Dalam blog
(Joesafira, 2010) tahap operasional formal mencakup dua hal, yaitu :
1)
Sifat deduktif-hipotesis
Ketika anak mendapatkan masalah, maka mereka
akan membentuk strategi-strategi penyelesaian berdasarkan hepotesis
permasalahan tersebut. Maka dari itulah berpikir operasional formal juga
disebut berpikir proporsional.
2)
Berpikir operasional formal juga berfikir
kombinatoris.
Berpikir
operasional formal memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku problem
solving yang betul-betul ilmiah. Dengan menggunakan hasil pengukuran tes inteligensi
yang mencakup General Information and Verbal Analogies, Jones dan Conrad (
Loree dalam Abin Syamsuddin M, 2001 ) menunjukkan bahwa laju perkembangan
inteligensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja, setelah itu
kepesatannya berangsur menurun.
2.
Teori Pemprosesan Informasi.
Desmita (2009:115) Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan menggunakan
pendekatan system pemprosesan informasi sebagai alternatif terhadap teori
kognitif Piaget. Pada teori Piaget perkembangan kognitif digambarkan dengan berbagai
tahap tetapi, para pakar psikologi pemprosesan informasi lebih menekankan
pentingnya proses-proses kognitif atau menganalisis perkembangan keterampilan
kognitif, seperti perhatian, memori, metakofnisi dan strategi kognitif.
Setidaknya ada tiga dasar asumsi umum teori pemprosesan informasi (Zigler
& Stevenson, 1993) dalam buku Desmita(2009:116) yaitu :
a. Pikiran dipandang
sebagai suatu system penyimpanan dan pengembalian informasi.
b. Individu-individu memproses informasi dari
lingkungan.
c. Terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk
memproses informasi dari seorang individu.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat kita pahami bahwa teori pemprosesan
informasi lebih menekankan bagaimana individu memproses informasi tentang
dunia, bagaimana informasi masuk ke dalam fikiran, bagaimana penyimpanan dan
penyebaran informasi dan bagaimana pengambilan kembali informasi untuk
melaksanakan aktivitas yang kompleks. Sehingga inti dari pendekatan pemprosesan
informasi ini adalah proses memori dan proses berfikir.
Dalam buku (Desmita, 2009), Robert Siegler (1998) mendiskripsikan tiga
karakteristik utama dari pendekatan pemprosesan informasi, yaitu proses
berfikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri. Seperti uraian diatas, kita
ketahui para ahli teori pemrosesan informasi menolak pendapat Piaget tentang
tahap-tahap perkembangan kognitif. Mereka percaya bahwa proses kognitif berkembang
secara gradual dan cendrung tetap. Berikut ini akan dikemukakan kecendrungan
perkembangan beberapa kemampuan kognitif anak, seperti persepsi, atensi, dan
memori.
C. Karakteristik Perkembangan Kognitif
Dalam buku karangan (Desmita, 2009) karakteristik perkembangan kognitif
peserta didik dibagi dalam dua tahap yaitu tahap usia sekolah (SD) dan Remaja
(SMP dan SMA).
1.Usia Sekolah (Sekolah
Dasar)
Berdasarkan pada teori kognitif piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah
dasar masuk dalam tahap pemikiran kongkret-operasional, yaitu masa dimana
aktivitas mental anak terfokus pada objek-objek yang nyata atau pada berbagai
kejadian yang pernah dialaminya. Menurut pieget, operasi
adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema.
Sedangkan opersi kongkret adalahaktifitas mental yang difokuskan pada
objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau kongkreat dapat di ukur. Desmita
(2009:104).
Artinya anak usia sekolah dasar sudah memiliki kemampuan untuk berpikir
melalui urutan sebab akibat dan mulai mengenali berbagai cara pemecahan
permasalahan yang dihadapinya. Anak usia ini juga dapat mempertimbangkan secara
logis hasil dari sebuah kondisi atau situasi serta tahu beberapa aturan atau
strategi berpikir, seperti penjumlahan, pengurangan penggandaan, mengurutkan
sesuatu secara berseri dan mampu memahami operasi dalam sejumlah konsep,
seperti 5 x 6 = 30 dan 30 : 6 = 5 (Jhonson & Medinnus, 1974).
Dalam buku psikologi perkembangan peserta didik karangan Desmita (2009:104)
menurut pieget, anak-anak pada masa kongkret operasional (masa sekolah SD) ini
telah mampu menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan
sejumlah aspek yang berbeda secara serempak (Jhonson & Medinnus, 1974). Hal
ini adalah karena pada masa ini anak telah mengembangkan tiga macam proses yang
disebut dengan operasi-operasi: negasi, resiprokasi dan identitas.
a.Negasi (negation)
Pada masa pra-opersional anak hanya melihat keadaan permulaan dan akhir
dari deretan benda, dengan kata lain mereka hanya mengetahui permulaan dan
akhirnya saja tetapi belum memahami alur tengahnya. Tetapi pada
masa kongkret opersional, anak memahami proses apa yang terjadi diantara kegiatan
itu dan memahami hubungan-hubungan antara keduanya.
b.Hubungan
timbal balik (resiprokasi)
Ketika anak melihat bagaimana deretan dari
benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah
panjang, tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Karena anak
mengetahui hubungan timbale balik antara panjang dan kurang rapat atau
sebaliknya kurang panjang tetapi lebih rapat, maka anak tahu pula bahwa jumlah
benda-benda yang ada pada kedua deretan itu sama. Desmita (2009:105). Sehingga dalam masa ini anah mulai mengerti tentang
hubungan timbal balik.
c.Identitas
Pada usia sekolah (SD) anak sudah mengetahui
berbagai benda yang berada dalam suatu deretan, bisa menghitung, sehingga
meskipun susunan dalam deret di pindah, anak tetap mengetahui jumlahnya sama.
(Gunaris, 1990) dalam (Desmita,2009). Jadi, anak pada usia sekolah (masa
Konkrit operasional) dapat mengetahui identitas berbagai benda dan mulai
memahami akan susunan dan urutan tertentu.
2.Remaja
(SMP dan SMA)
Pada
masa remaja, kemampuan anak sudah semakin berkembang hingga memasuki tahap
pemikiran operasional formal. Yaitu suatu tahap perkembangan kognitif yang
dimulai pada usia kira-kira 11 dan 12 tahun dan terus berlanjut sampai usia
remaja sampai masa dewasa (Lerner & Hustlsch, 1983) dalam (Desmita,
2009). Pada masa remaja, anak
sudah mampu berfikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik
kesimpulan dari informasi yang sudah tersedia.
Pada masa remaja, anak
sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia mampu berfikir
apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi. Mereka sudah mampu berfikir masa akan datang dan mampu menggunakan symbol
untuk sesuatu benda yang belum diketahui.
D.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif merupakan salah satu topik yang sering dibicarakan
dan diperdebatkan banyak orang. Berbagai cara dilakukan
supaya perkembangan kognitif seorang anak menjadi optimal. Perkembangan
kognitif meliputi perkembangan dalam hal pemikiran, intelegensi, dan bahasa.
Berdasarkan posting dari (Wiriana, 2008), kemampuan kognitif seseorang
dipengaruhi oleh dua hal yaitu, faktor herediter atau keturunan dan faktor non
herediter. Faktor herediter merupakan faktor yang bersifat statis, lebih sulit
untuk berubah. Sebaliknya, faktor non herediter merupakan faktor yang lebih
plastis, lebih memungkinkan untuk diutak-atik oleh lingkungan. Pengaruh non
herediter antara lain peranan gizi, peran keluarga, dalam hal ini lebih
mengarah pada pengasuhan, dan peran masyarakat atau lingkungan termasuk
pengalaman dalam menjalani kehidupan.
Perkembangan kognitif sendiri sudah dapat dipersiapkan sejak dalam
kandungan sampai dewasa. Asupan gizi yang sehat dan
seimbang menjadi fondasi bagi perkembangan kognitif. Calon bayi juga dapat
dirangsang dengan cara memberikan stimulus atau rangsangan seperti, mengajak
bercakap-cakap, mendengar musik, melakukan relaksasi, menjaga stabilitas emosi
pada ibu. Setelah lahir, rangsangan yang diberikan juga tetap diberikan.
Salah satu perkembangan fisik yang mempengaruhi perkembangan kognitif
adalah perkembangan otak (Wiriana, 2008). Otak berkembang paling pesat pada masa bayi. Pada masa kanak-kanak otak
tidak bertumbuh dan berkembang sepesat masa bayi. Pada masa awal kanak-kanak,
perkembangan otak dan sistem syaraf berkelanjutan. Otak dan kepala bertumbuh
lebih pesat daripada bagian tubuh lainnya. Bertambah matangnya otak,
dikombinasikan dengan kesempatan untuk mengalami suatu pengalaman melalui
rangsangan dari lingkungan menjadi sumbangan terbesar bagi lahirnya
kemampuan-kemampuan kognitif pada anak. Artinya, perkembangan kognitif menjadi
optimal jika ada kematangan dalam pertumbuhan otak serta ada rangsangan dari
lingkungannya.
Kasih sayang merupakan suatu aspek penting dari relasi keluarga pada masa
bayi yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif pada anak ke depannya
(Wiriana, 2008). Penting diperhatikan bahwa
kasih sayang pengasuh pada tahun-tahun pertama kehidupan anak menjadi kunci
pada perkembangan selanjutnya. Seorang pakar psikologi perkembangan, Diana
Baumrind meyakini bahwa orang tua hendaknya tidak menghukum atau mengucilkan
anak namun sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan dan
mencurahkan kasih sayang pada anak.
Dalam posting (Wiriana, 2008) pun dijelaskan tentang faktor yang
mempengaruhi perkembangan kognitif adalah:
1.Gaya pengasuhan.
Baumrind menekankan tiga tipe gaya pengasuhan yang dapat
mempengaruhi perkembangan kognitif, pada anak (Wiriana,
2008), yaitu :
a.Gaya
pengasuhan Otoriter (authoritarian parenting)
Gaya pengasuhan
otoriter adalah suatu gaya yang membatasi dan menghukum yang menuntut anak
untuk mengikuti perintah-perintah orangtua dan menghormati pekerjaan dan usaha.
Orangtua yang otoriter menetapkan batasan-batasan yang tegas dan tidak
memberikan peluang pada anak untuk berbicara atau bermusyawarah. Perkembangan
kognitif anak juga menjadi kurang optimal karena kurang ada kesempatan untuk
mengekspresikan rasa ingin tahu, mengembangkan kreativitas serta menyelesaikan
masalah secara mandiri.
b.Gaya
pengasuhan Otoritatif (authoritative parenting)
Gaya pengasuhan Otoritatif
adalah merupakan pengasuhan yang mendorong anak untuk tetap mandiri tapi masih
menetapkan batas-batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka.
Orangtua mampu menunjukkan kehangatan dan kasih sayang sekaligus memungkinkan untuk
melakukan musyawarah dalam menghadapi persoalan.
Pengasuhan
otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial yang baik pada anak.
Perkembangan kognitif diprediksikan menjadi lebih optimal karena anak memiliki
kesempatan untuk mengembangkan kreativitas, kemampuan untuk menyelesaikan
masalah (problem solving) namun tetap mengetahui norma atau aturan yang
berlaku, maupun mengembangkan rasa ingin tahu tanpa mengalami ketakutan.
c. Gaya pengasuhan
Permisi (permissive parenting)
Gaya pengasuhan permisi
dibagi menjadi dua yaitu :
a. Pengasuhan permissive indulgent
Pengasuhan permissive
indulgent merupakan suatu gaya pengasuhan dimana orangtua menjadi sangat
terlibat dalam kehidupan anak tetapi menetapkan sedikit batasan atau kendali
terhadap perilaku mereka. Perkembangan kognitif ini
menjadi kurang optimal karena tidak mengetahui mana hal yang benar dan kurang
benar. Biasanya mereka jarang menaruh hormat pada orang lain, cenderung egois
(selfistype), dan mengalami kesulitan untuk mengendalikan perilaku mereka.
b. Pengasuhan permissive indifferent
Pengasuhan permissive
indifferent adalah gaya pengasuhan dimana orangtua sangat tidak terlibat dalam
kehidupan anak. Mereka berkembang menjadi pribadi yang cenderung
liar, kurang mampu mengenal aturan serta menjadi kurang mampu membangun kemandirian
dengan baik.
3.
Pengaruh lingkungan.
Pengaruh lingkungan juga memberikan andil yang cukup besar terhadap
perkembangan kognitif anak. Lingkungan
dalam konteks ini adalah lingkungan di luar rumah atau keluarga. Lingkungan
pertama yang berpengaruh adalah sekolah, pengaruh teman sebaya (peers), status
sosial ekonomi, peran gender dalam keluarga, dan media masa.
Lingkungan yang kondusif
bagi perkembangan kognitif anak adalah lingkungan yang mampu merangsang rasa
ingin tahu, kemampuan untuk mengamati serta menyelesaikan masalah serta
mengembangkan alternative penyelesaian masalah.
Beberapa
tips untuk mengembangkan kemampuan kognitif pada anak (Wiriana, 2008), antara
lain :
1. Asupan gizi
yang memadai dan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
2. Melakukan beberapa latihan fisik dan relaksasi seperti, brain gym.
3. Keluarga sebagai
fondasi bagi perkembangan anak ke depan hendaknya mampu
menciptakan suasana yang harmonis, hangat dan penuh kasih sayang.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan
kognitif pada peserta didik merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi
pengajar maupun orang tua. Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan
anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah yang termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan
dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami
perkembangan kognitif, kita harus mengetahui proses perkembangan kognitif
tersebut. Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan menggunakan dua cara yaitu
dengan pendekatan tentang tahapan-tahapan perkembangan kognitif yang dijelaskan
oleh Piaget dan dengan caran system pemprosesan informasi. Pada teori
pemprosesan informasi lebih menekankan bagaimana proses-proses terjadinya
perkembangan kognitif, tetapi pada teori Piaget membagi proses tersebut ke
dalam berbagai tahapan.
Selain itu
karakteristik perkembangan kognitif peserta didik juga harus dapat dipahami
semua pihak. Dengan pemahaman pada karakteristik perkembangan peserta didik,
pengajar dan orang tua dapat mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki
anak didiknya sesuai dengan usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan
orang tua dapat menerapkan ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif
masing-masing anak didik.
Tidak kalah
penting, pengajar juga harus mengetahui tentang factor-faktor yang mempengaruhi
peserta didik. Yang sangat sentral dalam faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan kognitif adalah gaya pengasuhan dan lingkungan. Biasanya
gaya pengasuhan lebih diterapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini merupakan
cikal-bakal perkembangan kognitif tersebut, karena ketika anak diasuh secara
tidak sesuai dengan semestinya, ini akan berakibat pada perkembangan kognitif
anak, bahkan pada perkembangan mental anak tersebut. Lingkungan pun sangat
berpengaruh pada perkembangan kognitif, semakin buruk lingkungan maupun
pergaulan seseorang maka kemungkinan pengaruh lingkungan pada perkembangan
kognitif anak semakin besar.
Meskipun banyak
hal dan kendala dalam perkembangan kognitif anak, setidaknya kita sebagai calon
pengajar maupun sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan kognitif
agar cara pengajaran kita sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak.
B. Saran
1. Diharapkan
kepada peserta didik dan pengajar maupun orang tua agar dapat ikut
berpartisipasi dalam memahami tentang perkembangan kognitif.
2. Selalu belajar
serius agar menjadi peserta didik yang nantinya dapat dengan mudah memahami
tentang perkembangan kognitifnya.
3. Peran serta
pemerintaah, masyarakat, pengajar, orang tua juga perlu untuk mengawasi
perkembangan kognitif setiap anak dan peserta didik.
Daftar Pustaka
Desmita. 2009. Psikologi
Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Fatimah, E. 2010. Psikologi
Perkembangan (perkembangan peserta didik). Bandung: CV Pustaka Setia.
Holil,
A. 2008. Teori perkembangan kognitif Piaget. (online). (http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/teori-perkembangan-kognitif-piaget.html, diakses 2
November 2010).
Arya.
2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online). (http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/03/31/perkembangan-kognitif-pada-anak/, diakses 2
November 2010).
Joesafira.
2010. Perkembangan kognitif pada anak. (online). (http://delsajoesafira.blogspot.com/2010/05/perkembangan-kognitif-pada-anak.html, diakses 2
November 2010).
Wiriana,
2008. Perkembangan kognitif pada anak. (online). (http://www.doctoc.com/docs/20992333/perkembangankognitif-padaanak, diakses 4
November 2010)
wahh..berat nih tugasnya
BalasHapusIsinya bagus...!!!
BalasHapusbagus, semangat terus ya nak...
BalasHapussudah bagus, terus ditingkatkan ya :)
BalasHapus