ABNORMALITAS PERKEMBANGAN KARAKTER
PESERTA DIDIK
Untuk Memenuhi
Tugas Mata Kuliah Perkembangan Belajar
Peserta Didik
Yang dibina oleh : Drs. Nur Widodo,
M.Kes
Oleh :
Henik Kurniawati 201210070311141
IQ Jurist Wardani
201210070311133
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan merupakan perubahan individu baik
fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang hayat dan terjadi secara teratur
dan terpola.
Perkembangan
Abnormal tidak hanya mencakup gangguan perkembangan saja. Perkembangan abnormal
juga berkaitan dengan perkembangan yang lebih cepat atau lebih bagus dari pada
rata-rata. Misalnya: anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata atau
disebut anak berbakat. Oleh karena itu, dalam penyajian ini perkembangan anak
luar biasa, khususnya anak jenius atau berbakat disajikan dalam satu
kesatuan dalam perkembangan abnormal
Sebuah gangguan
perkembangan adalah kondisi yang muncul pada tahap tertentu dalam anak pembangunan 's dan penundaan pengembangan satu
atau lebih fungsi psikologis, seperti kemampuan bahasa. gangguan Pembangunan
meliputi psikologis dan fisik gangguan, misalnya autisme atau disleksia . Gangguan perkembangan adalah gangguan dalam perkembangan normal
motorik atau keterampilan kognitif yang dikembangkan sebelum usia 22. Mereka
biasanya diperkirakan akan terus tanpa batas, dan biasanya ada obatnya.
Tingkah
laku abnormal disebabakan oleh beberapa faktor yaitu dari aspek biologis,
psikologis dan sosial budaya. Tingkah laku abnormal memiliki spektrum yang
luas. Gangguanya bervariasi dalam tingkat keparahannya dan dalam hal tingkat
perkembangan remaja, jenis kelamin, dan kelas sosial. Dari beberapa perilaku
abnormalsalah satunya adalah “bunuh diri”.
Bunuh
diri jarang terjadi dimasa kanak-kanak dan masa remaja awal, namun kurang lebih
mulai pada usia 15 tahun.
Penelitian
ilmiah tentang penyebab gangguan perkembangan melibatkan berbagai teori.
Beberapa perbedaan utama antara teori-teori melibatkan apakah atau tidak
mengganggu lingkungan perkembangan normal, atau jika kelainan pra-ditentukan.
perkembangan normal terjadi dengan kombinasi dari kontribusi lingkungan dan genetika,
apa yang bervariasi yang te kepercayaan apa bagian masing-masing faktor harus
bermain dalam perkembangan normal, sehingga mempengaruhi bagaimana kelainan
yang disebabkan.
Salah
satu teori yang mendukung penyebab lingkungan dari gangguan perkembangan adalah
salah satu yang melibatkan stres pada anak usia dini. Peneliti dan psikiater
anak Bruce D. Perry, MD, Ph.D ,
berteori bahwa gangguan perkembangan dapat disebabkan oleh trauma anak usia
dini. Dalam karya-karyanya ia membandingkan gangguan perkembangan pada
anak-anak trauma untuk orang dewasa dengan pasca-traumatic stress disorder,
menghubungkan tekanan lingkungan ekstrim untuk penyebab kesulitan perkembangan.
teori stres lain menunjukkan bahwa bahkan stres kecil dapat terakumulasi untuk
menghasilkan emosi, gangguan perilaku, atau sosial pada anak-anak.
Maka dari itu ciptakan suasana keluarga yang nyaman dan
harmonis, sehingga anak tidak merasa kesepian, dan mencari
kesenangan-kesenangan diluar yang dapat membahayakan keselamatan anak tersebut.
Dan sebagai orang tua harus selalu memperhatikan tumbuh
kembang anak. Walaupun anak dilahirkan secara normal dan tidak memiliki
kecacatan-kecacatan, bukan berarti anak dibiarkan begitu saja tanpa pengawasan
yang baik. Karena dalam proses tumbuh kembang anak bisa saja anak menjadi abnormal
dari yang sebelumnya masuk pada kategori normal.
Orang tua harus memperhatikan lingkungan bermain anak
agar anak tidak mudah terpengaruhpada hal-hal yang berbahaya bagi dirinya.
Karena dari lingkungan yang tidak baik dan pergaulan yang buruk bisa menyebabkan
hal-hal yang mengganggu dalam proses tumbuh kembang anak.
Selain
tindakan bunuh diri, banyak lagi tindakan-tindakan atau perilaku anak yang
menyimpang yang disebabkan oleh kurangnya pengawasan, perhatian, kasih sayang,
dan pengertian orang tua. Lingkungan keluarga yang baik dan lingkungan bermain
yang baik akan menghindarkan anak dari perilaku abnormal.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa makna Perkembangan dan perkembangan
Abnormal?
2. Apa penyebab gangguan perkembangan abnormalitas?
3. Apa fakor yang mempengaruhi perkembangan
anak?
4. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik?
5. Apa saja kriteria perilaku abnormal?
1.3. Tujuan
1.
Untuk mengetahui makna perkembangan dan
perkembanagan abnormailtas.
2. Untuk mengetahui penyebab gangguan perkembangan abnormalitas.
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik.
5.
Untuk
mengetahui kriteria perilaku abnormal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Makna Perkembangan dan Perkembangan Abnormailtas.
Perkembangan
merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung
sepanjang hayat dan terjadi secara teratur dan terpola.
Perkembangan
Abnormal adalah perkembangan yang terjadi secara tidak normal dikarenakan oleh
suatu keadaan tertentu,hal ini terjadi tidak hanya mencakup gangguan
perkembangan saja. Perkembangan abnormal juga berkaitan dengan perkembangan
yang lebih cepat atau lebih bagus dari pada rata-rata. Misalnya: anak yang memiliki
kecerdasan di atas rata-rata atau disebut anak berbakat. Oleh karena itu, dalam
penyajian ini perkembangan anak luar biasa, khususnya anak jenius atau berbakat
disajikan dalam satu kesatuan dalam perkembangan abnormal.
2.2. Penyebab gangguan perkembangan
Salah
satu teori yang mendukung penyebab lingkungan dari gangguan perkembangan adalah
hal yang melibatkan stres pada anak usia dini. Peneliti dan psikiater anak Bruce D. Perry, MD, Ph.D ,
berteori bahwa gangguan perkembangan dapat disebabkan oleh trauma anak pada usia
dini. Teori stres lain menunjukkan bahwa stress kecil bahkan dapat terakumulasi
dan menghasilkan emosi, gangguan perilaku, atau sosial pada anak-anak.
Gangguan perkembangan
dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga
menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal
ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak
bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti
sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan
adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
2.3. faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak
Dapat dibagi
dalam 2 bagian.
1. Faktor heredokonstitusionil
1. Faktor heredokonstitusionil
Gen
yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio
mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan
antara gen ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai
peranan penting dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan
familial, kelainan khusus tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat
transmisi gen yang abnormal. Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh
kecil karena konstitusi genetiknya dan bukan karena gangguan endokrin atau
gizi. Peranan genetik pada sifat perkembangan mental masih merupakan hal yang
diperdebatkan. Memang hereditas tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan
yang besar tapi pengaruh lingkungan terhadap organisme tersebut tidak dapat
diabaikan. Pada saat sekarang para ahli psikologi anak berpendapat bahwa
hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi dibandingkan dengan
lingkungan.Sifat-sifat emosionil seperti perasaan takut, kemauan dan temperamen
lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dibandingkan dengan hereditas.
2.Faktor lingkungan (pranatal dan pascanatal)
a.
Gizi
: telah dibuktikan pula bahwa kurang makanan selama kehamilan dapat
meningkatkan angka kelahiran mati dan kematian neonatal.
b.
Mekanis
: posisi fetus yang abnormal dan oligohidroamnion dapat menyebabkan kelainan
kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan kaki bengkok. Kelainan ini tidak
terlalu berat. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor mekanis
dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan pertumbuhan.
c.
Toksin
kimia : obat-obatan tersebut dapat menimbulkan kelainan seperti misalnya
palatoskizis, hidrosefalus, distosis cranial
d.
Endokrin
: Bayi yang lahir dari ibu yang menderita diabetes mellitus sering menunjukkan
kelainan berupa makrosomia, kardiomegali dan hiperplasia adrenal dll.
e.
Radiasi
: Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan dapat
mengakibatkan kelainan pada fetus. Contoh kelainan yang pernah dilaporkan ialah
mikrosefali. Spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak.
Tingkah laku abnormal disebabakan
oleh beberapa faktor yaitu dari aspek biologis, psikologis dan sosial budaya.
Tingkah laku abnormal memiliki spektrum yang luas. Gangguanya bervariasi dalam
tingkat keparahannya dan dalam hal tingkat perkembangan remaja, jenis kelamin,
dan kelas sosial. Dari beberapa perilaku abnormalsalah satunya adalah “bunuh
diri”.
Bunuh
diri jarang terjadi dimasa kanak-kanak dan masa remaja awal, namun kurang lebih
mulai pada usia 15 tahun. Kemungkinan bunuh diri lebih banyak dilakukan oleh
kaum laki-laki daripada perempuan. Anak yang mencoba melakukan bunuh diri
biasanya disebabkan beberapa faktor, yaitu:
a. Keluarga yang tidak stabil dan
tidak bahagia
b. Tidak adanya hubungan
persahabatan yang suportif
c. Kecemasan, konflik batin
d. Ketidakstabilan yang sangat
nyata dalam pekerjaandan hubungan dengan orang lain
e. Depresi
f.
Ketergantungannya terhadap alkohol
g. Faktor-faktor
genetis
h. Perasaan
putus asa
i. Harga diri
yang rendah
j. Sikap
menyalahkan diri sendiri
Maka dari itu suasana keluarga yang nyaman dan harmonis
diperlukan, sehingga anak tidak merasa kesepian, dan mencari
kesenangan-kesenangan diluar yang dapat membahayakan keselamatan anak tersebut. Dan sebagai orang tua harus selalu
memperhatikan tumbuh kembang anak.
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Perkembangan Peserta Didik
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perkembangan Peserta Didik dari karakteristik individu dalam merespons sesuatu. Ahli-ahli perkembangan sangat
tertarik mengenai temperamen bayi.
Sebagian bayi sangat aktif menggerak-gerakkan tangan, kaki dan mulutnya dengan
keras, sebagian lagi lebih
tenang, sebagian peserta didik menjelajahi
lingkungannya dengan giat parta vvaktu yang lama dan sebagian lagi tidak demikian. Sebagian bayi merejpons orang Iain
dengan hangat, sebagai lagi pasif dart acuh tidak acuh. Gaya-gaya perilaku
tersebut di atas menunjukkan temperamen seseorang peserta didik. Menurut Santrok
dalam Slavin (1997), aspek mempengaruhi perkembangan itu adalah
keturunan/genetik dan lingkungan.
Para ahli genetik menyatakan kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek
yang paling banyak ditelaah yang
dalam perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan. Kecerdasan Arthur Jensen
(1969) mengemukakan pendapatnya
bahwa kecerdasan itu diwariskan (ditururikan). la juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanya mempunyai
peranan minimal dalam kecerdasan peserta didik. Menurut Santrok dalam
Slavin (1997), aspek mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunan/genetik dan
lingkungan. Para ahli genetik
menyatakan kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek yang paling banyak
ditelaah yang dalam
perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan. Kecerdasan Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwa kecerdasan itu
diwariskan (ditururikan). la juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya hanya mempunyai peranan minimal
dalam kecerdasan. Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta
didik. Menurut Santrok dalam Slavin (1997), aspek mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunangenetik dan
lingkungan. Para ahli genetik menyatakan
kecerdasan dan temperamen merupakan aspek-aspek yang paling banyak
ditelaah yang dalam perkembangannya
dipengaruhi oleh keturunan.Kecerdasan Arthur Jensen (1969) mengemukakan
pendapatnya bahwa kecerdasan itu
diwariskan (ditururikan). la juga mengemukakan bahwa lingkungan dan budaya
hanya mempunyai peranan minimal
dalam kecerdasan.
2.5. Kriteria Perilaku Abnormal
Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk menentukan
suatu perilaku abnormal, antara lain:
1. Statistical infrequency
Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang akan
diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk
lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya
abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.
Digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah,
tinggi badan, intelegensi, keterampilan membaca, dsb.
Namun, kita jarang menggunakan istilah abnormal untuk salah satu kutub (sebelah
kanan). Misalnya orang yang mempunyai IQ 150, tidak disebut sebagai abnormal
tapi jenius.
Tidak selamanya yang jarang terjadi adalah abnormal. Misalnya seorang atlet
yang mempunyai kemampuan luar biasa tidak dikatakan abnormal. Untuk itu
dibutuhkan
2. Unexpectedness
Biasanya perilaku abnormal
merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya
seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan
gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia.
Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi
keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak
diharapkan terjadi.
3. Violation of norms
Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan
konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi.
Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti
normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti
abnormal.
Kriteria ini
mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma
masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an,
homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi
dianggap abnormal.
·
Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi
abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk
mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas
melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi
abnormal.
4. Personal distress
·
Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan
kesengsaraan bagi individu.
·
Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya
psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa
bersalah atau kecemasan.
· Juga
tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang
yang sakit karena disuntik.
·
Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan setandar tingkat distress
seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
5. Disability
·
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena
abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal
karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk
menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
·
Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability.
Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan
kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang
melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability
dalam masalah seksual.
Dari semua kriteria di atas
menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada
satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku
normal. Tapi
sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa
abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya
serta waktu.
AUTISME
Kata
autis berasal dari bahasa Yunani “auto” berarti sendiri yang ditujukan
pada seseorang yang menunjukkan gejala “hidup dalam dunianya
sendiri”. Autis adalah gangguan perkembangan pervasif yang ditandai oleh
adanya abnormal yang muncul sebelum usia tiga tahun dengan ciri fungsi yang
abnormal dalam tiga bidang yaitu kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan
interaksi sosial. Mereka tidak mampu mengekspresikan perasaan
maupun keinginannya, yang mengakibatkan perilaku dan hubungannya dengan orang
tua terganggu.
A. GEJALA-GEJALA AUTIS
1.
Terjadi gangguan komunikasi verbal maupun non-verbal seperti terlambat bicara,
sering meniru (echolalia), sering menarik tangan orang didekatnya
agar melakukan sesuatu untuknya.
2. Terjadi
gangguan interaksi sosial seperti menghindari tatapan mata orang lain, lebih
asyik bermain sendiri, dan menolak bila dipeluk.
3. Gangguan
pada perilaku yang berlebihan (excessive), misalnya tak bisa diam dan
mengulang-ulang gerakan tertentu. Atau
gangguan perilaku kekurangan (deficient), misalnya diam dengan tatapan
mata kosong, bermain secara monoton.
4. Terjadi
gangguan emosi, yakni tak ada atau kurangnya empati, tertawa-tawa, menangis
atau marah-marah sendiri, dan sering mengamuk.
5. Terjadi
gangguan persepsi sensoris seperti suka mencium-cium atau menjilat-jilat benda
apa saja, tak bisa mendengar suara keras, dan tak mau diraba.
B. ANAK BERBAKAT
Peserta
didik yang mampu menumbuhkembangkan berbagai potensi kemanusiaannya pada taraf
yang tinggi disebut sebagai peserta didik yang berbakat. Keberbakatan merupakan
konsep yang berakar bilogis, yang menunjuk pada adanya taraf yang tinggi dari
inteligensi sebagai hasil integrasi fungsi-fungsi otak, meliputi penginderaan,
emosi, kognisi dan intuisi. Keberbakatan dengan demikian merupakan potensi anak
yang terlihat dari kreativitas verbal maupun non verbal.
Anak
berbakat ialah anak yang mencapai kemampuan superior dalam suatu bidang yang
dianggap bernilai oleh masyarakat. Dilihat dari skor IQ, anak berbakat berada
dalam skore 135 s/d 200, mempunyai prestasi yang tinggi dalam belajar dan
penonjolan yang luar bisa dalam bidang tertentu.
Ciri-ciri
anak berbakat:
1.
Ciri fisik sehat dan perkembangan psikomotori lebih cepat dari rata-rata,
terutama dalam kemampuan koordinasi
2.
Ciri mental intelektual: usia mental lebih tinggi dari pada rata-rata anak
normal. Daya tangkap dan pemahaman lebih cepat dan luas. Dapat berbicara lebih
dini. Hasrat ingin tahu lebih besar, selalu ingin mencari jawab. Kreatif,
mandiri dalam bekerja dan belajar serta mempunyai cara belajar yang khas
3.
Ciri mental emosional; mempunyai kepercayaan diri yang kua, persisten sampai
keinginannya terpenuhi atau gigih. Peka terhadap situasi di sekitarnya, senang
terhadap hal-hal yang baru dan ciri ini dapat berkembang menjadi negatif bosan
dengan hal-hal rutin, egois dan sebagainya.
4.
Ciri sosial: senang bergaul dengan anak yang lebih tua, suka bermain dengan
permainan yang mengandung pemecahan masalah, suka bekerja sendiri, sukar
bergaul dengan teman sebaya, sukar menyesuaikan diri.
5.
Anak berbakat selalu rasional, responsif, senang belajar, kreatif, orisinil,
apresiatif, elaboratif serta menerapkan metode ilmiah.
F.
PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERBAKAT
1.
Pengayaan atau enrichment adalah pembinaan anak berbakat dengan penyediaan
kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat ekstensif dan intensif.
Pengayaan diberikan kepada anak setelah yang bersangkutan menyelesaikan tugas-tugas
yang diberikan untuk anak-anak sekelasnya. Pengayaan dapat diberikan seperti
tugas perpustakaan, independent study, proyek penelitian, studi kasus dsb
2.
Percepatan atau akselerasi yaitu cara penanganan anak berbakat dengan
memperbolehkan naik kelas secara meloncat atau menyelesaikan program reguler
dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi bentuk percepatan ini antara
lain adalah:
a.
Eraly admission atau masuk lebih awal,
b.
Advanced placement atau naik kelas sebelum waktunya, mempercepat
kenaikan kelas, advanced courses atau mempercepat pelajaran atau
merangkap kelas dll.
3.
Pengelompokan khusus atau segregation yang dapat dilakukan sepenuhnya atau
sebagian yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan diberi kesempatan
untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
potensinya.
BAB III
KESIMPULAN
·
Perkembangan
merupakan perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung
sepanjang hayat dan terjadi secara teratur dan terpola.Perkembangan.
·
Abnormal
adalah perkembangan yang terjadi secara tidak normal.
·
Faktor
yang mempengaruhi perkembangan anak ada dua yaitu Faktor heredokonstitusionil
dan factor lingkungan.
·
Menurut Santrok dalam Slavin (1997), aspek
mempengaruhi perkembangan itu adalah keturunan/genetik dan lingkungan.
·
Salah satu teori yang mendukung
penyebab lingkungan dari gangguan perkembangan adalah mengakibatkan stres pada
anak usia dini.
·
itu ciptakan suasana keluarga yang nyaman dan harmonis,
sehingga anak tidak merasa kesepian, dan mencari kesenangan-kesenangan diluar
yang dapat membahayakan keselamatan anak tersebut. Dan sebagai orang tua harus selalu
memperhatikan tumbuh kembang anak.
·
suasana keluarga yang nyaman dan harmonis sangat penting,
sehingga anak tidak merasa kesepian, dan mencari kesenangan-kesenangan diluar
yang dapat membahayakan keselamatan anak tersebut.
·
Dan sebagai orang tua harus selalu memperhatikan tumbuh
kembang anak.
DAFTAR PUSTAKA
Santrock, Jhon
W. 2003. Perkembangan
Remaja. Jakarta: Erlangga.
Supratiknya.A.
1995. Mengenal
Perilaku Abnormal. Yogyakarta:
Kanisius.
William Glasser,
MD. A Companion volume to The Quality School.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar