PENGUKURAN PERKEMBANGAN SOSIAL
PESERTA DIDIK
Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perkembangan
Belajar Peserta Didik
Yang
di bina oleh Bapak Nur Widodo
Disusun
oleh :
EVIE
FITRIANA 201210070311148
NUR’IZA
ROZAQ M 201210070311152
RAHMATUL
AINI 201210070311156
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
Desember
2012
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Peserta
didik adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, ia membutuhkan orang lain
untuk dapat tumbuh kembang menjadi manusia yang utuh. Dalam perkembangannya,
pendapat dan sikap peserta didik dapat berubah karena interaksi dan saling
berpengaruh antar sesama peserta didik maupun dengan proses sosialisasi. Dengan
mempelajari pengukuran
perkembangan
hubungan sosial diharapkan dapat memahami pengertian dan proses sosialisasi
peserta didik.
Pada awal manusia dilahirkan belum
bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya.
Kebutuhan berinteraksi dengan orang
lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu
mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu
membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang.
Perkembangan sosial pada masa remaja
berkembang kemampuan untuk memahami orang lain sebagai individu yang unik. Baik
menyangkut sifat-sifat pribadi, minat, nilai-nilai atau perasaan sehingga
mendorong remaja untuk bersosialisasi lebih akrab dengan lingkungan sebaya atau
lingkungan masyarakat baik melalui persahabatan atau percintaan. Pada masa ini
berkembangan sikap cenderung menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai,
kebiasaan, kegemaran, keinginan orang lain. Ada lingkungan sosial remaja (teman
sebaya) yang menampilkan sikap dan perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan
misalnya: taat beribadah, berbudi pekerti luhur, dan lain-lain. Tapi ada juga
beberapa remaja yang terpengaruh perilaku tidak bertanggung jawab teman
sebayanya, seperti : mencuri, free sex, narkotik, miras, dan lain-lain. Remaja
diharapkan memiliki penyesuaian sosial yang tepat dalam arti kemampuan untuk
mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi baik di
lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Masa dewasa, yang merupakan masa tenang
setelah mengalami berbagai aspek gejolak perkembangan pada masa remaja.
Meskipun segi-segi yang dipelajari sama tetapi isi bahasannya berbeda, karena
masa dewasa merupakan masa pematangan kemampuan dan karakteristik yang telah
dicapai pada masa remaja. Oleh karena itu, perkembangan sosial orang dewasa
tidak akan jauh berbeda kaitannya dengan perkembangan sosial remaja.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, penyusun merumuskan rumusan masalah sebagai
berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran perkembangan
sosial ?
2. bagaimana
pengukuran sosial dari segi kelas sosial dan status sosial ?
C.
Tujuan
Sejalan dengan
rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan
mendeskripsikan:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud
dengan pengukuran perkembangan
sosial.
2. Untuk mengetahui pengukuran sosial dari segi kelas
sosial dan status sosial.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pengukuran Perkembangan
Sosial
Hubungan sosial merupakan hubungan
antarmanusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang
sederhana yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa,
kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian, tingkat hubungan sosial
juga berkembang menjadi amat kompleks. Pada jenjang perkembangan remaja,
seorang remaja bukan saja memerlukan orang lain demi memenuhi kebutuhan
pribadinya, tetapi mengandung maksud untuk disimpulkan bahwa pengertian pengukuran perkembangan
sosial adalah mengukur berkembangnya
tingkat hubungan antar manusia sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan hidup
manusia.
B. Kelas
Sosial dan Status Sosial
Para peneliti sering mengukur kelas social dari sudut status
social yaitu dengan membatasi setiap kelas social dengan banyaknya status
yang di punyai para anggota di bandingkan dengan yang di punyai para anggota
kelas social lain. Dalam penelitian kelas social (disebut juga stratifikasi
sosial), status sering sering di anggap sebagai penggolongan relative para
anggota setiap kelas social dari segi factor-faktor status tertentu. Sebagai
contoh, kekayaan relative (banyak asset ekonomi), kekuasaan (tingkat
pilihan atau pengaruh pribadi terhadap orang lain) dan martabat (tingkat
pengakuan yang diperoleh dari orang lain) merupakan tiga factor yang sering
digunakan ketika menilai kelas social. Ketika mempertimbangkan perilaku
konsumen dan riset pasar, status paling sering ditentukan dari sudut satu
variable demografis atau yang lebih cocok seperti ini (sosioekonomi) :
- Penghasilan
keluarga
- Status
pekerjaan
- Pencapaian
pendidikan.
Variable-variable
sosioekonomi ini, sebagai gambaran status, digunakan sehari-hari oleh para
praktisi pemasaran untuk mengukur kelas social.
Kelas Sosial Merupakan Bentuk Segmentasi Hierarkis dan
Alamiah.
Kategori
kelas social biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status rendah
sampai status yang tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas tertentu merasa
para anggota kelas sosial lainya mempunyai status yang lebih tinggi atau yang
lebih rendah dari pada mereka. Karena itu, bagi kebanyakan orang,penggolongan
social berarti orang tersebut sama dengan mereka (dalam kelas social yang
sama), superior dibanding mereka (kelas social yang lebih tinggi), maupun
inferior dibanding mereka (kelas social yang lebih rendah).
Ukuran Kelas Sosial
Pendekatan
yang sistematis untuk mengukur kelas social tercakup dalam berbagai kategori
yang luas berikut ini, ukuran subyektif, ukuran reputasi, dan ukuran
obyektif dari kelas social.
Ukuran Subyektif
Dalam
pendekatan subyektif untuk mengukur kelas social, para individu di minta untuk
menaksir kedudukan kelas social mereka masing-masing, klasifikasi keanggotaan
kelas social yang di hasilkan di dasarkan pada persepsi partisipasi terhadap
dirinya atau citra diri partisipan. Kelas social di anggap sebagiai fenomena
yang menggambarkan rasa memiliki atau mengidentifikasi dengan orang lain.ukuran
keanggotaan social yang subyektif cenderumg menghasilkan berlimpahnya orang
yang menggolongkan diri sebagai kelas menengah.
Ukuran Reputasi
Para
sosiolog telah menggunakan pendekatan reputasi untuk memperoleh pengertian yang
lebih baik mengenai struktur masyarakat tertentu yang sedang di pelajari.
Tetapi, para peneliti konsumen lebih tertarik pada ukuran kelas social untuk
memahami pasar dan perilaku konsumsi dengan lebih baik, bukan struktur social.
Sesuai dengan tujuan yang lebih terfokus ini, pendekatan reputasi telah
terbukti tidak dapat di pergunakan.
Ukuran Obyektif
Berbeda
dengan metode subyektif dan reputasi. Yang mengharuskan orang memimpikan
kedudukan kelas social mereka sendiri atau kedudukan para anggota masyarakat
lainya, ukuran obyektif terdiri dari berbagai variable demografis atau
sosioekonomis yang dipilih mengenai para individu yang sedang di pelajari.
Semua variable ini di ukur melalui kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan
factual kepada para responden mengenai diri mereka sendiri, keluarga atau
tempat tinggal mereka. Ketika memilih ukuran obyektif kelas social, kebanyakan
peneliti lebih menyukai satu atau beberapa variable berikut ini, pkerjaan,
jumlah penghasilan, dan pendidikan.
Ukuran
obyektif kelas social terbagi menjadi dua kategori pokok yaitu, indeks
variable tunggal indeks dan variable gabungan
Indeks Variable Tunggal
Indeks
variable tunggal hanya menggunakan satu variable social ekonomi untuk menilai
keanggotaan kelas social. Beberapa dari variable yang di gunakan untuk tujuan
ini di bahas berikut ini.
-
Pekerjaan
-
Pendidikan
-
Penghasilan
-
Variable lain
Indeks Variable Gabungan
Indeks
gabungan secara sistematis menggabungkan sejumlah factor social ekonomi untuk
membentuk satu ukuran kelas social secara menyeluruh. Indeks tersebut sangat
menarik bagi para peneliti konsumen karena dapat menggambarkan dengan lebih
kompleks kelas social di bandingkan indeks variable tunggal.
Dua
diantara indeks gabungan yang lebih penting adalah indeks karakteristik
status dan skor status social ekonomi.
- 1.
Indeks karakteristik status, ukuran kelas social yang klasik adalah ukuran
tertimbang dari berbagai variable social ekonomi berikut, pekerjaan,
sumber penghasilan, model rumah, dan daerah tempat tinggal.
- 2.
Skor status social ekonomi, ukuran kelas social ini yang menggabungkan antara tiga
variable social ekonomi dasar yaitu, pekerjaan, keluarga dan tingkat
pendidikan.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat
mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1. Pengukuran perkembangan
social adalah mengukur berkembangnya
tingkat hubungan antarmanusia sehubungan dengan meningkatnya kenutuhan hidup
manusia.
2.
Kategori kelas social biasanya
disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status rendah sampai status yang
tinggi. Dengan demikian, para anggota kelas tertentu merasa para anggota kelas
sosial lainya mempunyai status yang lebih tinggi atau yang lebih rendah dari
pada mereka.
3.
Pendekatan yang sistematis untuk mengukur kelas social
tercakup dalam berbagai kategori yang luas berikut ini, ukuran subyektif,
ukuran reputasi, dan ukuran obyektif dari kelas social.
B. Saran
Sejalan dengan
simpulan di atas, penyusun menyarankan setiap calon pendidik dapat memahami
konsep pengukuran perkembangan
sosial peserta didiknya
dari segi kelas sosial dan status sosial.
Daftar Pustaka
Sunarto &
Hartono. 1995. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
______. 2010. Perkembangan
Hubungan Sosial Remaja. (Online). (http://prince-mienu.blogspot.com/2010/01/makalah-tentang-perkembangan-hubungan.html).
_______. 2010. Perkembangan Hubungan Sosial. (Online). (http://www.g-excess.com/id/makalah-dan-pengertian-hubungan-sosial.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar