MAKALAH
ASPEK PERKEMBANGAN BAHASA PESERTA DIDIK
Pembina : Bapak Nur Widodo
Oleh
:
Dewi
Rosita
(201210070311145)
Lintang Aisyah Fatma Nagari (201210070311159)
Yana Ismiarti (201210070311157)
Lintang Aisyah Fatma Nagari (201210070311159)
Yana Ismiarti (201210070311157)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Desember 2012
Desember 2012
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
makalah yang berjudul : Aspek Perkembangan Bahasa Peserta Didik.
Atas semua bimbingan
dan bantuan, dukungan dan perhatian yang telah diberikan, kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Drs. Nur Widodo,M.kes yang telah
membimbing dan banyak membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman kelompok yang sudah banyak
membantu dan mendukung.
Makalah ini merupakan gagasan atau penjelasan
mengenai aspek-aspek apa saja dalam perkembangan pesera didik. Kami menyadari ada kekurangan dalam makalah ini.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi kepentingan kualitas di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat diterima dan berguna.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Setiap manusia
mengawali komunikasinya dengan dunia sekitarnya melalui bahasa tangis. Melalui
bahasa tersebut seorang bayi mengkomunikasikan segala kebutuhan dan
keinginannya. Sejalan dengan perkembangan kemampuan serta kematangan jasmani
terutama yang bertalian dengan proses bicara, komunikasi tersebut makin
meningkat dan meluas.
Terdapat perbedaaan yang signifikan antara pengertian bahasa dan berbicara. Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi baik yang diutarakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak tubuh, ekspresi wajah, pantomim atau seni. Perkembangan bahasa tersebut selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak. Orang tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, sebab pada masa ini sangat menentukan proses belajar. Pada gilirannya anak akan dapat berkembang dan tumbuh menjadi pribadi yang bahagia karena dengan mudah berkomunikasi dengan lingkungan, bersedia memberi dan menerima segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya. Melihat fakta di lapangan mengenai perkembangan dan penguasaan bahasa pada anak sangat mengherankan, karena setiap anak-anak memiliki perkembangan dan penguasaan kosa kata yang berbeda baik dari segi jumlah maupun dari segi pengucapannya. Terkadang ada anak yang sudah mampu menguasai banyak kosa kata pada usia yang cukup muda (misalkan, usia satu tahun setengah), tetapi ada juga dalam usia seperti itu seorang anak tidak mampu mengusai kosa kata yang cukup banyak.
Perkembangan
bahasa seseorang dimulai sejak balita/bayi. Pada saat itulah seharusnya kita
sudah mulai memerhatikan perkembangan bahasa yang dikuasai oleh seseorang.
Namun demikian, kita bisanya tidak mempedulikan itu semua dan kita beranggapan
bahwa seseorang akan menguasai sebuah bahasa dengan sendirinya. Perkembangan
bahasa atau komunikasi pada anak merupakan salah satu aspek dari tahapan
perkembangan anak yang seharusnya tidak luput juga dari perhatian para pendidik
pada umumnya dan orang tua pada khususnya.
B. RUMUSAN
MASALAH
Sesuatu yang
diasumsikan sebagai masalah, tentu tidak cukup hanya berhenti pada pertanyaan
asumtif semata tanpa ada pembahasan lebih lanjut tentang masalah tersebut.
Karena masalah memiliki ruang lingkup yang universal, maka perlu dibatasi
dengan rumusan-rumusan agar mengacu terhadap masalah dimaksud. Oleh karena itu,
penulis membatasi masalah dalam bentuk pertanyaan berikut:
1.
Apa itu bahasa ?
2.
Apa saja bentuk bahasa itu ?
3.
Bagaimana proses pemerolehan bahasa
pada peserta didik ?
4. Bagaimana proses
pertumbuhan bahasa pada peserta didik?
5.
Bagaimana proses perkembangan bahasa pada
peserta didik ?
6.
Faktor apa saja yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada peserta didik?
7. Apa peranan bahasa
pada peserta didik
C. TUJUAN
Sebagai
kejelasan penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis memiliki beberapa tujuan
terkait dengan judul yang penulis angkat yaitu:
1. Untuk
mengetahui pengertian
bahasa.
2. Untuk
mengetahui bentuk-bentuk
bahasa.
3. Untuk mengetahui bagaimana proses
pemerolehan bahasa pada peserta didik.
4.
Untuk mengetahui bagaimana proses
pertumbuhan bahasa pada peserta didik.
4. Untuk mengetahui bagaimana proses
perkembangan bahasa pada peserta didik.
5. Untuk mengetahui faktor apa saja
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bahasa pada peserta didik.
6.
untuk mengetahui peranan bahasa pada pesrta didik
BAB II
Pertumbuhan bahasa pada seorang anak
memiliki beberapa tahap, mulai dari tahap pralinguistik, kemudian berlanjut pada tahap linguistik. Dalam tahap
linguistik, pertumbuhan bahasa dibagi dalam beberapa tahap, yaitu fase satu
kata (holofrase), fase lebih dari satu kata dan fase perbedaan (differensiasi).
Sedangkan dalam perkembangannya, perkembangan bahasa peserta didik pun memiliki
beberapa tahap, diantaranya reflexsive vocalization, babling,
lalling, echolalia, sampai true speech. Tahapan-tahap pertumbuhan dan perkembangan
bahasa tersebut terjadi pada seorang anak dengan usianya yang bervariasi. Di dalam pertumbuhan dan perkembangan
bahasanya, dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, mulai dari faktor biologis,
kognitif dan lingkungan.
A. PENGERTIAN
BAHASA
Menurut para
ahli, bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan
(pendapat, perasaan, dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama,
kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan
mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau
masyarakat (Sinolungan, 1997; Semiawan, 1998).
B.
BENTUK-BENTUK BAHASA
Setiap bahasa memiliki karakteristik
bervariasi, dan setiap bahasa memiliki karakteristik yang umum. Urutan
kata-kata merupakan karakteristik yang dikehendaki dalam suatu bahasa.
Berikut ini
beberapa bentuk bahasa yang sering dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya :
1) Bahasa Lisan
Bahasa lisan merupakan bahasa primer dan bentuk bahasa yang
paling efektif untuk berkomunikasi dan paling banyak dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari. Bahasa lisan lebih ekspresif karena mimik,
intonasi, dan gerakan tubuh dapat bercampur menjadi satu untuk mendukung
komunikasi yang dilakukan.
2) Bahasa Tulisan
Bahasa
tulisan merupakan bahasa sekunder yang digunakan dengan memanfaatkan media
tulis. Pengungkapan ide, pikiran dan perasaan dilakukan dengan menyusun
huruf-huruf sebagai unsurnya. Huruf-huruf tersebut tersusun menjadi kata dan
kalimat, yang merupakan ekspresi dari pikiran atau perasaan yang akan
disampaikan. Dalam bahasa tulis, kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk
kata, ataupun sususan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan
ejaan, dan penggunaan tanda baca digunakan untuk mengungkapkan ide yang dapat
secara tepat dan benar ditangkap oleh pembaca, yaitu orang yang kita inginkan
untuk menerima informasi tersebut. Kesalahan dalam penggunaan ejaan akan
menimbulkan salah pengertian dan penafsiran dari maksud yang ingin kita
sampaikan.
3) Bahasa Tubuh / Bahasa Isyarat
Bahasa tubuh
adalah cara seseorang berkomunikasi dengan mempergunakan bagian-bagian dari
tubuh, yaitu melalui gerak isyarat, ekspresi wajah, sikap tubuh, langkah serta
gaya tersebut pada umumnya disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh sering kali
dilakukan tanpa disadari.
Tapi, bahasa tubuh atau bahasa isyarat dipergunakan secara sengaja oleh
orang-orang tertentu yang memiliki keterbatasan dalam menggunakan bahasa lisan
atau dalam situasi dan kondisi tertentu. Sebagaimana fungsi bahasa lain, bahasa
tubuh juga merupakan ungkapan komunikasi yang paling nyata, karena merupakan
ekspresi perasaan serta keinginan terhadap orang lain.
C.
PROSES PEMEROLEHAN BAHASA PESERTA DIDIK
Proses
anak mulai mengenal komunikasi dengan lingkungannya secara verbal itulah yang
disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila
anak pada awal kehidupannya tanpa bahasa hingga kini telah memperoleh satu
bahasa. Bahasa ibu (bahasa pertama) menjadi salah satu sarana bagi seorang anak
untuk mengungkapkan perasaan, keinginan, pendirian, gagasan, harapan, dan
sebagainya. Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh
sebuah bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai bahasa pertamanya
(bahasa ibu) sampai batas tertentu.
Lenneberg
salah seorang ahli teori belajar bahasa yang sangat terkenal (1969) mengatakan
bahwa perkembangan bahasa bergantung pada pematangan otak secara biologis.
Pematangan otak memungkinkan ide berkembang dan selanjutnya memungkinkan
pemerolehan bahasa anak berkembang. Terdapat banyak bukti, manusia memiliki
warisan biologis yang sudah ada sejak lahir berupa kesanggupannya untuk
berkomunikasi dengan bahasa, khusus untuk manusia.
Bukti yang memperkuat pendapatnya
itu, antara lain:
a)
Kemampuan berbahasa sangat erat
hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan fisiologi manusia, seperti bagian
otak tertentu yang mendasari bahasa. Tingkat perkembangan bahasa anak sama bagi
semua anak normal.
b)
Kelainan hanya sedikit berpengaruh
terhadap keterlambatan perkembangan bahasa anak.
c)
Bahasa tidak dapat diajarkan kepada
makhluk lain.
d)
Bahasa bersifat universal, setiap
bahasa dilandasi unsur fonologi, semantic dan sintaksis yang universal.
D.
PROSES PERTUMBUHAN BAHASA PESERTA DIDIK
Pertumbuhan
bahasa dimulai
dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Pertumbuhan bahasa terbagi
atas dua periode besar, yaitu: periode Pralinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik
(1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai saat anak mengucapkan
kata pertama, yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.
Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
1)
FASE SATU KATA (HOLOFRASE)
Pada fase ini
anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kompleks, baik yang
berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya
kata minum, bagi: anak dapat berarti “saya mau minum”, atau dapat juga berarti
“mama sedang minum”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang
dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata
tersebut diucapkan, sambil mengamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh
lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda,
setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
2)
FASE LEBIH DARI SATU KATA
Fase dua kata
muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat
membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut
kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok
kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata,
muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya.
Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari
dan uniuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan orang lain
secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana.
Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang
sederhana.
3)
FASE PERBEDAAN (DIFFERENSIASI)
Periode terakhir dari masa balita yang
berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam
berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja
menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan
kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan
kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “aku” untuk
menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran
dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat
mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberi tahu dan bentuk-bentuk
kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.
C.
PROSES PERKEMBANGAN BAHASA PESERTA DIDIK
Dari uraian di
atas mengenai perkembangan anak, dapat dilihat bahwa seorang anak di dalam
perkembangan bahasanya mengalami tahapa-tahapan yang sangat rumit, tidak
seperti yang kita bayangkan. bahwa bahasa itu berkembangan begitu saja. Secara
garis besar tahapan perkembangan bahasa pada anak dapat kita bagi menjadi tahap
reflexsive vocalization, babling, lalling, echolalia, dan true speech.
Tahapan-tahapan
Umum Perkembangan Kemampuan Berbahasa Seorang Anak, Yaitu:
· Reflexsive Vocalization, Pada usia 0-3
minggu bayi akan mengeluarkan suara tangisan yang masih berupa refleks. Jadi,
bayi menangis bukan karena ia memang ingin menangis tetapi hal tersebut
dilakukan tanpa ia sadari.
· Babling, Pada usia lebih
dari 3 minggu, ketika bayi merasa lapar atau tidak nyaman ia akan mengeluarkan
suara tangisan. Berbeda dengan sebelumnya, tangisan yang dikeluarkan telah
dapat dibedakan sesuai dengan keinginan atau perasaan si bayi.
· Lalling, Di usia 3
minggu sampai 2 bulan mulai terdengar suara-suara namun belum jelas. Bayi mulai
dapat mendengar pada usia 2 s.d. 6 bulan sehingga ia mulai dapat mengucapkan
kata dengan suku kata yang diulang-ulang, seperti: “pa….pa…, ma..ma….”
· Echolalia, Di tahap ini,
yaitu saat bayi menginjak usia 10 bulan ia mulai meniru suara-suara yang
didengar dari lingkungannya, serta ia juga akan menggunakan ekspresi wajah atau
isyarat tangan ketika ingin meminta sesuatu.
· True Speech, Bayi mulai
dapat berbicara dengan benar. Saat itu usianya sekitar 18 bulan atau biasa
disebut batita. Namun, pengucapannya belum sempurna seperti orang dewasa.
Sementara itu,
Tarigan (2009: 246-251) menjabarkan perkembangan bahasa menjadi beberapa
tahapan.
1.
Tahap Meraban
(Pralinguistik) Pertama
Pada tahap
meraban pertama, selama berbulan-bulan awal kehidupan, bayi menangis, mendekut,
mendenguk, menjerit dan tertawa. Mereka seolah-olah menghasilkan tiap-tiap
jenis bunyi yang mungkin dibuat.
2.
Tahap Meraban
(Pralinguistik) Kedua
Tahap ini
disebut juga tahap omong-kosong, tahap kata tanpa makna awal tahap meraban
kedua ini biasanya pada permulaan kedua, tahun pertama kehidupan. Anak-anak
tidak mengahsilkan suatu kata yang dapat dikenal, tetapi mereka berbuat
seolah-olah mengatur ucapan mereka sesuai dengan pola suku kata.
3.
Tahap 1: Tahap
Holofrastik (Tahap Linguistik Pertama)
Ini adalah
tahap satu kata, yang dimulai sekitar usia satu tahun. Akan tetapi, justru pada
saat inilah tahap-tahap perkembangan linguistik berhenti lalu dihubungkan
dengan usia secara terpercaya. Ucapan satu kata pada periode ini disebut
holofrase karena anak menyatakan makna keseluruhan frase atau kalimat dalam
satu kata yang diucapkannya itu.
4.
Tahap II :
Ucapan-ucapan Dua-Kata
Tahap
linguistik kedua ini biasanya dimulai menjelang hari ulang tahun kedua, tetapi
seperti yang telah dikatakan dahulu, terdapat sejumlah variasi perseorangan di
antara anak-anak normal. anak-anak memasuki tahap ini dengan pertama kali
mengucapkan dua holofrase dalam rangkaian yang cepat. Misalnya, anak yang
menggunakan holofrase mata dan mama mungkin menunjuk kepada bola
mata dan ikuti oleh jeda sebentar, lalu kepada mama. Maknanya akan terlihat
dari urutan “mata mama”,tetapi jelas anak itu telah mempergunakan dua buah
holofrase untuk menyatakan makna tersebut. Segera setelah itu, anak mulai
memakai ucapan-ucapan dua-kata, seperti saya makan, mau minum, dan sebagainya.
5.
Tahap III:
Pengembangan Tata Bahasa
Usia yang
merupakan saat keluarnya anak-anak dari tahapan II sangat berbeda-beda. Ada
anak yang memasuki tahap III pada usia dua tahun, ada pula yang masih tetap
mepergunakan ucapan dua kata secara ekslusif sampai melewati hari ulang
tahunnyayang ketiga. selama tahap III anak-anak mengembangkan sejumlah sarana
ketatabahasaan. panjang kalimat mereka bertambah, tetapi hal ini tidaklah
begitu penting karena ucapan-ucapan mereka semakin bertambah rumit.
6.
Tahap IV:
Tata Bahasa Menjelang Dewasa
Pada tahap IV,
anak-anak memulai dengan struktur tata bahasa yang lebih rumit; banyak di
antaranya yang melibatkan gabungan kalimat-kalimat sederhana dengan
komplementasi, relativisasi dan konjungsi.
7.
Kompetensi
Lengkap
D. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI BAHASA
PESERTA DIDIK
Ada
dua faktor paling signifikan yang mempengaruhi anak dalam berbahasa, yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor-faktor di atas, memberikan
gambaran pola perkembangan berbahasa anak yang pada umumnya sama, tetapi tetap
ada perbedaan individual, terutama dalam laju perkembangan dan frekuensi atau
banyaknya bicara, serta isi atau topik pembicaraan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor berikut :
1. Faktor Internal
a. Evolusi Biologi
Evolusi
biologis menjadi salah satu landasan perkembangan bahasa. Mereka
menyakini bahwa evolusi biologi membentuk manusia menjadi manusia linguistik.
Noam Chomsky (1957) meyakini bahwa manusia terikat secara biologis untuk
mempelajari bahasa pada suatu waktu tertentu dan dengan cara tertentu. Ia
menegaskan bahwa setiap anak mempunyai language acquisition device (LAD),
yaitu kemampuan alamiah anak untuk berbahasa. Tahun-tahun awal masa anak-anak
merupakan periode yang penting untuk belajar bahasa (critical-period).
Jika pengenalan bahasa tidak terjadi sebelum masa remaja, maka ketidakmampuan
dalam menggunakan tata bahasa yang baik akan dialami seumur hidup. Selain itu,
adanya periode penting dalam mempelajari bahasa bisa dibuktikan salah
satunya dari aksen orang dalam berbicara. Menurut teori ini, jika orang
berimigrasi setelah berusia 12 tahun kemungkinan akan berbicara bahasa negara
yang baru dengan aksen asing pada sisa hidupnya, tetapi kalau orang berimigrasi
sebagai anak kecil, aksen akan hilang ketika bahasa baru akan dipelajari.
Ø Evolusi
Biologis, berkenaan dengan evolusi biologis, otak, sistem syaraf dan sistem
vokal berubah selama beratus-ratus ribu tahun sehingga diperkirakan manusia
mendapat bahasa bervariasi selama beribu tahun yang lalu.
Ø Ikatan Bilogis,
anak-anak dilahirkan di dunia dilengkapi dengan alat pemerolehan bahasa
(language acquisition device=LAD) yaitu ikatan biologis yang memungkinkan anak
mendeteksi bahasa tertentu. LAD merupakan suatu kemampuan gramatikal yang
dibawa sejak lahir yang mendasari semua bahasa manusia.
Ø Peranan Otak
dalam Perkembangan Bahasa, berdasarkan hasil penelitian Gazzaniaga dan Sperry
(Santrock & Yussen), proses bahasa itu dikontrol oleh belahan otak sebelah
kiri. Jadi apabila seseorang mengalami gangguan otak kiri, dia akan sulit untuk
melakukan perkembangan bahasa. Tanya kenapa??? Karena pada otak kiri terdapat
suatu area yang bernama “wernick’s area”, fungsinya untuk pemahaman bahasa.
Apabila kerusakan otak pada seseorang terjadi pada area ini akan sering timbul
ocehan-ocehan atau pembicaraan yang tidak berarti.
Ø Apakah Binatang
Memiliki Bahasa?, beberapa binatang mempunyai sistem komunikasi yang
menakjubkan dan sederhana, serta komunikasinya adaptif dalam memberikan tanda
bahaya, memberikan tanda ada makanan dan memberi tanda karena adanya kebutuhan
seksual.
Ø Periode Kritis
Belajar Bahasa, pada usia sebelum 12 tahun sangat memungkinkan berkembangnya
kemahiran bahsa seseorang. Mengajarkan bahasa pada anak harus dari usia dini,
dengan memperhatikan faktor biologis dan faktor lingkungan.
b.
Jenis Kelamin
Anak perempuan lebih baik dalam belajar bahasa daripada anak
laki-laki, baik dalam pengucapan, kosa kata, dan tingkat keseringan berbahasa,
daripada anak laki-laki.
c.
Kecerdasan
Anak yang memiliki kecerdasan tinggi, akan belajar berbicara
lebih cepat dan memiliki penguasaan bahasa yang lebih baik daripada anak yang
tingkat kecerdasannya rendah. Belajar bahasa erat kaitannya dengan kemampuan
berpikir. Bahasa mengungkapkan apa yang dipikirkan anak.
d. Keinginan
dan dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan
teman sebaya
Semakin kuat keinginan dan dorongan berkomunikasi dengan
orang lain, terutama bermain dengan teman sebaya, akan semakin kuat pula usaha
anak untuk berbicara atau berbahasa.
e.
Kepribadian
Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik cenderung
memiliki kemampuan berbicara atau berbahasa lebih baik daripada anak yang
mengalami masalah atau kendala dalam penyesuaian diri dan sosial.
Kemampuan berbahasa anak yang memiliki kepribadian dan penyesuaian diri yang
baik juga akan lebih baik secara kuantitas (jumlah kata dan keseringan bicara)
maupun secara kualitas (ketepatan pengucapan dan isi/topik pembicaraan).
2. Faktor Eksternal
a.
Faktor Kognitif
(Pola Asuh)
Individu
merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan pada perkembangan bahasa anak.
Para ahli kognitif juga menegaskan bahwa kemampuan anak berbahasa tergantung
pada kematangan kognitifnya. Tahap awal perkembangan intelektual anak terjadi
dari lahir sampai berumur 2 tahun. Pada masa itu anak mengenal dunianya melalui
sensasi yang didapat dari inderanya dan membentuk persepsi mereka akan segala
hal yang berada di luar dirinya. Misalnya, sapaan lembut dari ibu/ayah ia
dengar dan belaian halus, ia rasakan, kedua hal ini membentuk suatu simbol
dalam proses mental anak. Perekaman sensasi nonverbal (simbolik)
akan berkaitan dengan memori asosiatif yang nantinya akan memunculkan suatu
logika. Bahasa simbolik itu merupakan bahasa yang personal dan setiap bayi
pertama kali berkomunikasi dengan orang lain menggunakan bahasa simbolik.
Sehingga sering terjadi hanya ibu yang mengerti apa yang diinginkan oleh
anaknya dengan melihat/mencermati bahasa simbol yang dikeluarkan oleh anak.
Para ahli
sepakat bahwa pemerolehan bahasa sangat dipengaruhi oleh penggunaan bahasa
sekitar. Dengan kata lain, perjalanan pemerolehan bahasa seorang anak akan
sangat bergantung pada lingkungan bahasa anak tersebut (Yudibrata, 1998: 65).
Sebelum anak memasuki lingkungan sosial yang lebih luas, masa bermain dan
bersekolah, lingkungan keluarga sebaiknya bisa menjadi arena yang menyenangkan
bagi proses perkembangan bahasa
anak. Rumah
adalah sekolah pertama bagi anak, dan orangtua adalah guru pertama yang bisa mengantar
anak menuju gerbang pendidikan formal. Sebaik mungkin orangtua membuat kondisi rumah
sedemikian rupa agar mampu menghasilkan stimulus positif sebanyak dan
sevariatif mungkin. Stimulus yang diberikan orangtua akan terbingkai dalam pola
pikir, pola tindak, dan pola ucap anak. Jika orangtua menginginkan anaknya
santun berbahasa, maka berikan stimulus yang positif. Setiap aktivitas yang ada
dan terjadi di lingkungan rumah merupakan rangkaian dari proses pemerolehan karakter yang sifatnya
berkala dan berkesinambungan. Dalam hal ini orangtua berperan sebagai motor
penggerak yang memegang kendali pertama dan utama dalam perkembangan bahasa
anak melalui (salah satunya) pola asuh yang mendidik.
b.
Lingkungan Luar
Sementara itu,
di sisi lain proses penguasaan bahasa tergantung dari stimulus dari lingkungan.
Pada umumnya, anak diperkenalkan bahasa sejak awal perkembangan mereka,
salah satunya disebut motherse, yaitu cara ibu atau orang dewasa, anak belajar
bahasa melalui proses imitasi dan perulangan dari orang-orang disekitarnya.
Pengenalan
bahasa yang lebih dini dibutuhkan untuk memperoleh ketrampilan bahasa yang
baik. Tiga faktor di atas saling mendukung untuk menghasilkan kemampuan
berbahasa maksimal. Orang tua, khususnya, harus memberikan stimulus yang
positif pada pengembangan keterampilan bahasa pada anak, seperti berkomunikasi
pada anak dengan kata-kata yang baik dan mendidik, berbicara secara halus, dan
sebisa mungkin membuat anak merasa nyaman dalam suasana kondusif rumah tangga
yang harmonis, rukun, dan damai. Hal tersebut dapat menstimulus anak untuk bisa
belajar berkomunikasi dengan baik karena jika anak distimulus secara positif
maka akan mungkin untuk anak merespon secara positif pula.
c.
Kesehatan
Anak yang sehat lebih cepat belajar berbicara dibandingkan
dengan anak yang kurang sehat atau sering sakit. Hal ini dikarenakan
perkembangan aspek motorik dan aspek mental berbicaranya lebih baik sehingga
lebih siap untuk belajar berbicara. Motivasi berbahasa didorong oleh keinginan
untuk menjadi anggota kelompok sosial dan berkomunikasi dengan anggota kelompok
tersebut.
d.
Keluarga (jumlah
anggota keluarga, urutan kelahiran, dan metode latihan berbicara)
Semakin banyak jumlah anggota keluarga, akan semakin sering
anak mendengar dan berbicara. Demikian juga, anak pertama lebih baik
perkembangan berbicaranya karena orang tua lebih banyak mempunyai waktu untuk
mengajak dan melatih mereka berbicara.
Beberapa hal yang penting dalam perkembangan bahasa yaitu
perubahan kultural dan konteks sosiokultural bahasa, dukungan terhadap bahasa
dan pandangan behavioral, diantaranya :
§ Perubahan
Kultural dan Konteks Sosiokultural Bahasa
Kekuatan sosial membuat manusia untuk
lebih mengembangkan cara berkomunikasi dengan orang lain. Konteks sosiokultural
memainkan suatu peranan penting dalam perkembangan bahasa akhir-akhir ini. Vygotsky
mengemukakan bahwa peranan orang dewasa sangat penting untuk membantu
perkembangan bahasa anak. Brunner juga menekankan bahwa orang dewasa
atau orang tua sangat penting unutk mengembangkan komunikasi anak . Jadi, peran
orang tua, atau guru dalam perkembangan bahasa anak cukup besar.
§ Dukungan Sosial
untuk Perkembangan Bahasa
a) Motherese, cara seorang
ibu berkomunikasi dengan bayi, dengan kata-kata dan kalimat yang sederhana.
Motherese mempunyai peranan penting dalam mempermudah perkembangan bahasa anak
sejak usia dini.
b) Recastin, membuat frase
yang sama dari suatu kalimat dengan cara berbeda.
c) Echoing, mengulangi apa
yang akan dikatakan kepada kita,
d) Expanding, menyatakan
kembali apa yang anak telah katakan kepada kita dengan linguistik yang lebih
baik.
Orang tua dan guru merupakan komponen penting dalam
perkembangan bahasa anak, karena mereka berperan sebagai model bahasa dan
pengoreksi atas kesalahan anak. Kedua teori tersebut tidak dapt diketahui nilai
kebenarannya, karena faktor biologis maupun pengalaman saling bekerja sama
dalam menghasilkan perkembangan bahasa yang optimal.
PENUTUP
KESIMPULAN
A. Bahasa merupakan
media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan (pendapat, perasaan,
dll) dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata
dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna, dan mengikuti
aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat.
B. Bentuk- bentuk bahasa :
1. Bahasa
lisan
2. Bahas
tulisan
3. Bahasa
tubuh atau isyarat
C. Proses pemerolehan bahasa
Proses anak mulai mengenal
komunikasi dengan lingkungannya secara verbal itulah yang disebut dengan
pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama terjadi bila anak pada awal
kehidupannya tanpa bahasa hingga kini telah memperoleh satu bahasa. Bahasa ibu
(bahasa pertama) menjadi salah satu sarana bagi seorang anak untuk
mengungkapkan perasaan, keinginan, pendirian, gagasan, harapan, dan sebagainya.
Sedangkan pemerolehan bahasa kedua dimaknai saat seseorang memperoleh sebuah
bahasa lain setelah terlebih dahulu ia menguasai bahasa pertamanya (bahasa ibu)
sampai batas tertentu.
D. Proses pertumbuhan bahasa peserta
didik
1) Fase Satu Kata (Holofrase)
2)
Fase Lebih Dari Satu Kata
3)
Fase Perbedaan (Differensisasi)
E. Proses
perkembangan bahasa peserta didik
·
Reflexsive Vocalization
·
Babling
·
Lalling
·
Echolalia
·
True Speech
F.
Fakyor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa peserta
didik
1. Faktor Internal
a.
Evolusi Biologi
b. Jenis Kelamin
c. Kecerdasan
d.
Keinginan dan dorongan untuk berkomunikasi serta hubungan dengan teman
sebaya
e. Kepribadian
2. Faktor
Eksternal
a. Faktor Kognitif
(Pola Asuh)
b. Lingkungan Luar
c.
Kesehatan
d.
Keluarga (jumlah anggota keluarga, urutan
kelahiran, dan metode latihan berbicara)
SARAN
Sebaiknya
perkembangan bahasa pada peserta didik dilakukan sejak usia dini, agar mereka
mengetahui cara menggunakan bahasa yang baik dan benar.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail.(2003).
Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran). Jakarta: Proyek Peningkatan Mutu
SLTP
Widowati,
Budijastuti. 2001. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas negeri
Surabaya.
www.google.com/aspek
perkembangan peserta diidk.doc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar