Rabu, 09 Januari 2013

PENGUKURAN PERKEMBANGAN MOTORIK PESERTA DIDIK (Revisi)


MAKALAH
PENGUKURAN PERKEMBANGAN MOTORIK
PESERTA DIDIK













Oleh Kelompok 9 :
1.                   Dwi Ridho Cahyo Pambudi   (201210070311153)
2.                   Wanda Olyvia Wiyono           (201210070311160)
3.                   Sya’biyatur Rahma                 (201210070311167)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Oktober 2012







BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup, pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan di sekolah memiliki peranan sangat penting, yaitu melatih perkembangan motorik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan yang terpilih yang dilakukan secara sistematis. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan bugar sepanjang hayat.
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu peristiwa yang semua makhluk hidup pernah mengalami.Dalam hal ini anak sebagai objek pembahasan juga mengalami Pertumbuhan dan perkembangan.menurut Moersintowati Pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh anak merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap ke tahap berikutnya yang secara keseluruhan dimulai drai konsepsi dalam kandungan ibu yang berkelanjutan makin lama makin dapat diamati secara jelas setelah anak lahir ke dunia.
Banyak faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, remaja, dan dewasa. Faktor tersebut dapat berupa faktor positif dan negatif. Faktor yang berpengaruh positif seperti intake nutrisi yang baik dan seimbang, pemeliharaan kesehatan yang baik, pola pengasuhan yang baik, serta kondisi lingkungan yang baik dan sehat. Sedangkan faktor negatif seperti kemiskinan, keterlantaran, ketunasosialan, layanan kesehatan yang jelek. Oleh karena itu harus diusahakan agar anak dan remaja dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, sehingga kelak di kemudian hari akan menjadi individu dewasa yang sehat.
Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengukuran perkembangan Motorik dan Bagaimana pengaruh perkembangan motorik terhadap konsentrasi perkembangan individu ?
2.      Apa hubungan pengaplikasian Penjas  terhadap perkembangan  motorik ?

Tujuan
1.      Mengerti akan pengukuran perkembangan  motorik
2.      Mengerti akan pengaruh perkembangan motorik terhadap konsentrasi perkembangan individu
3.      Mengerti dan memahami hubungan pengaplikasian Penjas terhadap perkembangan motorik






















BAB II
PEMBAHASAN

Perkembangan Motorik dan Pengaruhnya
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik terhadap konstelasi perkembangan individu dipaparkan oleh Hurlock (1996) sebagai berikut:
1.      Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2.      Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3.      Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis, dan baris-berbaris.
4.      Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak yang fringer (terpinggirkan).
Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan untuk dalam pendidikan sendiri Pendidikan jasmani tidak dapat dianggap sebagi suatu hal yang tidak penting karena pada dasarnya seorang anak yang telah diajarkan penjas memiliki perkembangan motorik yang lebih optimal karena mereka yang mengenal penjas lebih mengerti akan bagimana cara mengolah tubuh dan mengembangkan diri dengan Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih serta dapat Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik.
Menurut dr. Karel A.L. Staa, M.D olah raga memberi manfaat bagi perkembangan motorik anak. Selain untuk perkembangan fisiknya, olahraga juga amat baik untuk perkembangan otak serta psikologis anak.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan perkembangan motorika anak ialah :
  1. Mengikutkan anak pada kelompok olahraga akan meningkatkan kesehatan fisik, psikologis serta psikososialnya. Anak menjadi senang mendapat stimulasi kreativitas yang baik untuk perkembangannya.
  2. Memberikan keterampilan fisik yang dibutuhkan anak untuk kegiatan serta aktifitas olah raga bisa dipelajari dan dilatih di masa-masa awal perkembangan dan tujuan pendidikan fisik untuk anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang (CRI, 1997).
  3. Kegiatan olahraga di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot (CRI, 1997)
Selain berbagai kegiatan jasmani diatas ,ada  hal lain yang dapat mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah gizi anak. Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik kasar. Levitsky dan Strupp pada penelitiannya terhadap tikus mengungkapkan bahwa kurang gizi menyebabkan functional isolationism ‘isolasi diri’ yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak (conserve energy) dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian, dan motivasi. Aplikasi teori ini kepada manusia adalah bahwa pada keadaan kurang energi dan protein (KEP), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonsentrasi. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Model functional isolationism yang dilukiskan ini sama dengan teori sebelumnya bahwa aspek-aspek essensial dan universal untuk perkembangan kognitif ditekan oleh mekanisme penurunan aktivitas pada keadaan kurang gizi.




Cara mengukur perkembangan motorik
            Mengukur perkembangan motorik ini dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode produk merupakan pendekatan untuk mengukur gerak, hasil akhir, outcome, dan gerak tersebut dianalisis. Contoh, seorang siswa melakukan keterampilan melempar bola, maka hasil lemparan berupa jarak lemparan, cepat tidaknya lemparan, serta akurat tidaknya lemparan. Hasil yang diraih siswa itu dikategorikan sebagai produk keterampilan.
            Metode proses merupakan pendekatan yang berorientasi pada proses dan menekankan pada gerak itu sendiri. Ini dimaksudkan sebagai pola gerak atau apa yang sering disebut dengan teknik. Dengan sedikit perbuatan pada teknik gerak. Contoh, seorang siswa melakukan keterampilan melempar bola, maka hasil lemparan berupa jarak lemparan, cepat tidaknyalemparan, serta akurat tidaknya lemparan. Hasil yang diraih siswa itu dikategorikan sebagai produk keterampilan. Contoh lainnya, anak dengan tangan kanannya mengayun sambil bergerak ke depan dengan melangkahkan kaki kanannya, atau performa sikap menangkap bola. Penelitian yang menggunakan pendekatan yang berorientasi pada proses biasanya memfokuskan pada performa teknik gerak. Seperti anak yang mengupayakan untuk menerima bola secara akurat. Proses merupakan teknik yang digunakan untuk melakukan gerak. Performa anak dalam menangkap bola, pendekatan yang berorientasi pada proses menganalisis anak dalam mengontrol bola.
Terdapat empat macam faktor yang mendorong kelanjutan perkembangan motor skills anak yang juga memungkinkan campur tangan orang tua dan guru dalam mengarahkannya. Keempat faktor itu sebagai berikut:
a)       Pertumbuhan dan perkembangan sistem syaraf. Pertumbuhan dan perkembangan kemampuannya membuat intelegensi (kecerdasan) anak meningkat dan menibulkan pola tingkah laku yang baru. Semakin baik perkembangan kemampuan sistem syaraf seorang anak akan semakin baik dan beragam pula pola-pola tingkah laku yang dimilikinya. Akan tetapi organ sitem syaraf ini lain dari yang lain, karena apabila rusak tidak dapat diganti atau tumbuh lagi.
b)      Pertumbuhan otot-otot. Otot merupakan jaringan sel-sel yang dapat berubah memanjang dan juga sekaligus merupakan unit atau kesatuan sel yang memiliki daya mengkerut. Diantara fungsi-fungsi pokoknya adalah sebagai pengikat organ-organ lainnya dan sebagai jaringan pembuluh yang mendistribusikan sari makanan. Peningkatan tegangan otot anak dapat menimbulkan perubahan dan peningkatan aneka ragam kemampuan dan kekuatan jasmaninya. Perubahan ini sangat tampak dari anak yang sehat dari tahun ke tahun dengan semakin banyaknya keterlibatan anak tersebut dalam permainan yang bermacam-macam atau dalam membuat kerajinan tangan yang semakin meningkat kualitas dan kuantitasnya dari masa ke masa.
c)       Perkembangan dan pertumbuhan fungsi kelenjar endokrin. Kelenjar adalah alat tubuh yang mengahasilkan cairan atau getah, seperti kelenjar keringat. Perubahan fungsi dari kelenjar-kelenjar endokrin akan mengakibatkan berubahnya pola sikap dan tingkah laku seorang remaja terhadap lawan jenisnya. Perubahan ini dapat berupa seringnya bekerja sama dalam belajar atau beolah raga, perubahan pola perilaku yang bermaksud menarik perhatian lawan jenis, berubahnya gaya dandanan/penampilan dan lain-lain
d)      Perubahan struktur jasmani. Semakin meningkat usia anak maka akan semakin menigkat pula ukuran tinggi dan bobot serta proporsi tubuh pada umumnya. Perubahan jasmani ini akan banyak berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan kecakapan motor skills anak. Pengaruh perubahan fisik seorang siswa juga tampak pada sikap dan perilakunya terhadap orang lain, karena perubahan fisik itu sendiri mengubah konsep diri (self-concept) siswa tersebut.
Tujuan dan fungsi pengukuran perkembangan motorik
            Tujuan pengukuran perkembangan motorik adalah mengkaji proses pentahapan kemampuan gerak, apakah kemampuan gerak individu tersebut sudah sesuai dengan masanya. Fungsi perkembangan motorik adalah penguasaan keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas gerak tertentu. Kualitas gerak terlihat dari seberapa jauh anak tersebut mampu menampilkan tugas gerak yang diberikan dengan tingkat keberhasilan tertentu.









BAB III
KESIMPULAN
  1. Dari beberapa uraian dan penjelasan yang telah dikemukakan di atas maka dapatlah penulis mengambil kesimpulan bahwa dengan mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan ini, peserta didik dapat mengembangkan diri dengan gerakan-olahraga sehingga secara langsung maupun tidak langsung peserta telah mengembangkan gerak motoriknya selain itu peserta juga  mampu mempraktikkan teknik-teknik dasar dalam olahraga dengan baik serta nilai kerjasama, toleransi, percaya diri, kejujuran, keberanian, menghargai lawan, kerja keras, dan menerima kekalahan serta dapat mengaplikasikan cara hidup yang sehat dan bersih. Perkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju.
  2. Perkembangan fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting dan ditandai dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga individu tersebut bisa bereproduksi dengan baik.
  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu aliran nativisme (menekankan pada kemampuan dalam diri anak, faktor lingkungan kurang berpengaruh), aliran empirisme (perkembangan anak bergantung pada lingkungan dan pembawaan tidak terlalu dipentingkan) dan aliran konvergensi (baik faktor pembawaan maupun faktor lingkungan sama-sama memiliki peran penting).
  4. Semua individu khususnya remaja akan mengalami perkembangan baik fisik maupun psikis yang meliputi aspek-aspek intelektual, sosial, emosi, bahasa, moral dan agama.
  5. Solusi bagi problem perkembangan dalam proses pembelajaran siswa  yaitu menyediakan bimbingan dan penyuluhan bagi mahasiswa, meningkatkan kuantitas maupun kualitas pengajar dan sarana dan administrasi pendidikan.




BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Ali Mohammad, dkk. 2008. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara
Rosmawati. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Pekanbaru : Universitas Riau
Drs Agung, Aspiras. 2007. semester 1-2, penerbit dan percetakan Pustaka Manggal,.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar