JURNAL PERKEMBANGAN BELAJAR PESERTA
DIDIK
ASPEK PERKEMBANGAN KOGNITIFPESERTA
DIDIK
(Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah
Perkembangan Belajar Peserta Didik)
Yang
dibina oleh Bpk. Nur Widodo
Disusun
Oleh :
Dewi
Rosita (201210070311145)
Lintang
aisyah fatma nagari (201210070311159)
Yana
ismiarti (201210070311157)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
DESEMBER 2012
ASPEK
PERKEMBANGAN KOGNITIF PESERTA DIDIK
Nama kelompok : Atier Al Wifaq 201210070311137
Nurul Hidayati 201210070311149
Nayla
Berliana Nugrahandhini 201210070311171
A. Pengertian Perkembangan Kognitif
Serupa dengan aspek-aspek
perkembangan yang lainnya, kemampuan kognitif anak mengalami perkembangan tahap
demi tahap. Secara sederhana, pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan
kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih
kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan
berkembangnya kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai
pengetahuan umum yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya
dengan wajar dalam interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Sejumlah ahli psikologi
juga menggunakan istilah thinking atau fikiran ini untuk menunjukkan pengertian
yang sama dengan cognition, yang mencakup berbagai aktifitas mental, seperti:
penalaran, pemecahan masalah, pembentukan konsep-konsep, dan lain-lain. Sehingga dalam hal ini, Myers (1996)
menjelaskan bahwa, “thinking, or cognition, is the mental activity associated
with processing, understanding, and communicating information…these mental
activities, including the logical and sometimes illogical ways in which
we create concepts, solve problems, make decisions, and from judgments.”
Atkinson, dkk, (1991) mengartikan berfikir sebagai “kemampuan membayangkan dan
menggambarkan benda atau peristiwa dalam ingatan dan bertindak berdasarkan
penggambaran ini. Pemecahan masalah yang berdasarkan pikiran dibedakan dengan
pemecahan masalah melalui manipulasi yang nyata.”
Perkembangan kognitif
sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan
lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget meyakini bahwa
pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya
perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman
sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran
yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998), dalam
posting (Anwar Holil, 2008).
Dari beberapa pengertian
diatas dapat disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran
adalah istilah yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua
aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan
pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan,
memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis
yang berkaitan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati,
membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).
Ide-ide dasar Teori Piaget dalam Perkembangan Kognitif.
Beberapa konsep dan
prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak menurut piaget, antara
lain :
1.
Anak adalah pembelajar yang aktif.
Menurut Piaget, anak itu
tidak hanya mengobservasi dan mengingat semua yang mereka lihat dan mereka
dengar secara pasif. Padahal secara natural mereka memiliki rasa ingin tahu
tentang dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk membantu
pemahaman dan kesadarannya tentang realitas dunia yang mereka hadapi itu.
2.
Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari
pengalamannya.
Anak-anak itu tidak hanya
mengumpulkan semua yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah menjadi
suatu kesatuan. Sebaliknya anak memberikan gambaran khusus untuk
membangun suatu pandangan menyeluruh tentang dunia dan kehidupan
sehari-hari.
3.
Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses
asimilasi dan akomodasi.
Ketika anak menggunakan
dan beradaptasi terhadap skema yang mereka buat, ada dua proses yang
bertanggung jawab yaitu assimilation dan akomodasi. Asimilasi terjadi apabila
seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada,
yaitu anak mengasimilasikan lingkungan kedalam suatu skema.
Proses ekuilibrasi menunjukkan adanya
peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek.
Menurut Piaget, ketika
anak melalui proses penyesuaian asimilasi dan akomodasi system kognisi anak berkembang
dari satu tahap ke tahap yang selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai
keadaan equilibrium, yaitu keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan
pengalamannya dilingkungan.
Menurut Piaget, pikiran
anak kecil berbeda secara kualitatif dibandingkan dengan anak yang lebih besar.
Maka dia menolak tentang definisi intelegensi yang didasarkan pada jumlah
jawaban yang benar dalam suatu tes intelegensi.
B. Proses Perkembangan Kognitif
Dalam pembahasan proses perkembangan kognitif,
ada dua alternative proses perkembangan kognitif yaitu pada teori dan
tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan proses perkembangan
kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi.
1.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget.
Piaget meyakini bahwa
pemikiran seorang anak berkembang dari bayi sampai dia dewasa. Menurut teori
Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan
sampai mengijak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif,
yaitu tahap aensori-motorik (dari lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional
(usia 2 sampai 7 tahun), tahap konkret-operasional (usia 7 sampai 11 tahun),
dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas), dalam buku karangan
Desmita(2009:101) dan (Anwar Holil,2008).
a.
Tahap Sensori-Motorik (usia 0 sampai 2 tahun)
Desmita (2009:101) Dikatakan bahwa bayi bergerak dari
tindakan reflex instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis.
Bayi membangun suatu
pemahaman tentang dunia melalui pengkoordinasian pengalaman-pengalaman sensor
dengan tindakan fisik. Dalam postingnya, (Arya, 2010) ”Piaget berpendapat bahwa
dalam perkembangan kognitif selama stadium sensori motorik ini, inteligensi
anak baru nampak dalam bentuk aktivitas motorik sebagai reaksi simulasi
sensorik. Dalam stadium ini yang penting adalah tindakan konkrit dan bukan
tindakan imaginer atau hanya dibayangan saja.” Pada proses ini Piaget menamakan
proses desentrasi, artinya anak dapat memandang dirinya sendiri dan lingkungan
sebagai dua entitas yang berbeda.
b.
Tahap Pra-Operasional (usia 2 sampai 7 tahun)
Pada tahap ini anak mulai merepresentasikan dunia dengan
kata-kata dari berbagai gambar. Kata dan gambar-gambar ini menunjukkan adanya
peningkatan pemikiran simbolis dan melampaui hubungan informasi indrawi dan
tindakan fisik (Desmita, 2009). Begitu
juga dari sumber posting (Joesafira,2010) pada tahapan pra-operasional menurut
piaget ada beberapa cirri antara lain :
1.
Berpikir pra-operasional masih sangat egosentris. Anak
belum mampu (secara perseptual, emosional-motivational, dan konsepsual) untuk
mengambil perspektif orang lain.
2.
Cara berpikir pra-operasional sangat memusat
(centralized). Bila anak dikonfrontasi dengan situasi yang multi-dimensional,
maka ia akan memusatkan perhatiannya hanya pada satu dimensi saja dan
mengabaikan dimensi-dimensi yang lain dan akhirnya juga mengabaikan hubungannya
antara dimensi-dimensi ini.
3.
Berpikir pra-operasional adalah tidak dapat dibalik
(irreversable). Anak belum mampu untuk meniadakan suatu tindakan dengan
memikirkan tindakan tersebut dalam arah yang sebaliknya.
4.
Berpikir pra-operasional adalah terarah
statis.
5.
Berpikir pra-operasional adalah transductive
(pemikiran yang meloncat-loncat). Tidak dapat melakukan pekerjaan secara
berurutan.
6.
Berpikir pra-operasional adalah imaginatif, yaitu
menempatkan suatu objek tidak berdasarkan realitas tetapi hanya yang ada dalam
pikirannya saja.
c.
Tahap Konkret-operasional (usia 7 sampai 11
tahun)
Ditahap ini anak dapat
berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret dan
mengklasifikasikan benda-benda ke dalam bentuk-bentuk yang berbeda (Desmita,
2009).
d.
Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun sampai
dewasa)
Ditahap ini remaja berfikir dengan cara yang lebih
abstrak, logis, dan lebih idealistik. Dalam
blog (Joesafira, 2010) tahap operasional formal mencakup dua hal, yaitu:
1)
Sifat deduktif-hipotesis
Ketika anak mendapatkan masalah, maka mereka
akan membentuk strategi-strategi penyelesaian berdasarkan hepotesis
permasalahan tersebut. Maka dari itulah berpikir operasional formal juga
disebut berpikir proporsional.
2)
Berpikir operasional formal juga berfikir
kombinatoris.
Berpikir operasional formal
memungkinkan orang untuk mempunyai tingkah laku problem solving yang
betul-betul ilmiah.
2.
Teori Pemprosesan Informasi.
Desmita (2009:115)
Perkembangan kognitif dapat dikaji dengan menggunakan pendekatan system
pemprosesan informasi sebagai alternatif terhadap teori kognitif Piaget. Pada teori Piaget perkembangan kognitif
digambarkan dengan berbagai tahap tetapi, para pakar psikologi pemprosesan
informasi lebih menekankan pentingnya proses-proses kognitif atau menganalisis
perkembangan keterampilan kognitif, seperti perhatian, memori, metakofnisi dan
strategi kognitif.
Setidaknya ada tiga dasar
asumsi umum teori pemprosesan informasi (Zigler & Stevenson, 1993) dalam
buku Desmita(2009:116) yaitu :
a. Pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan dan
pengembalian informasi.
b. Individu-individu
memproses informasi dari lingkungan.
c. Terdapat
keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu.
Berdasarkan pemaparan
diatas maka dapat kita pahami bahwa teori pemprosesan informasi lebih
menekankan bagaimana individu memproses informasi tentang dunia, bagaimana
informasi masuk ke dalam fikiran, bagaimana penyimpanan dan penyebaran
informasi dan bagaimana pengambilan kembali informasi untuk melaksanakan
aktivitas yang kompleks. Sehingga inti dari pendekatan pemprosesan informasi
ini adalah proses memori dan proses berfikir.
C. Karakteristik Perkembangan Kognitif
Dalam buku karangan
(Desmita, 2009) karakteristik perkembangan kognitif peserta didik dibagi dalam
dua tahap yaitu tahap usia sekolah (SD) dan Remaja (SMP dan SMA).
1.Usia Sekolah (Sekolah
Dasar)
Berdasarkan pada teori kognitif piaget,
pemikiran anak-anak usia sekolah dasar masuk dalam tahap pemikiran
kongkret-operasional, yaitu masa dimana aktivitas mental anak terfokus pada
objek-objek yang nyata atau pada berbagai kejadian yang pernah dialaminya. Menurut pieget, operasi
adalah hubungan-hubungan logis di antara konsep-konsep atau skema-skema.
Sedangkan opersi kongkret adalahaktifitas mental yang difokuskan pada
objek-objek dan peristiwa-peristiwa nyata atau kongkreat dapat di ukur. Desmita (2009:104).
Dalam buku psikologi
perkembangan peserta didik karangan Desmita (2009:104) menurut pieget,
anak-anak pada masa kongkret operasional (masa sekolah SD) ini telah mampu
menyadari konservasi, yakni kemampuan anak untuk berhubungan dengan sejumlah
aspek yang berbeda secara serempak (Jhonson & Medinnus, 1974). Hal ini adalah karena pada masa ini anak telah
mengembangkan tiga macam proses yang disebut dengan operasi-operasi: negasi,
resiprokasi dan identitas.
a.Negasi (negation)
Pada masa pra-opersional anak hanya
melihat keadaan permulaan dan akhir dari deretan benda, dengan kata lain mereka
hanya mengetahui permulaan dan akhirnya saja tetapi belum memahami alur
tengahnya.
b.Hubungan timbal balik (resiprokasi)
Ketika anak melihat bagaimana deretan dari
benda-benda itu diubah, anak mengetahui bahwa deretan benda-benda bertambah
panjang, tetapi tidak rapat lagi dibandingkan dengan deretan lain. Sehingga dalam masa ini
anah mulai mengerti tentang hubungan timbal balik.
c.Identitas
Pada usia sekolah (SD) anak sudah
mengetahui berbagai benda yang berada dalam suatu deretan, bisa
menghitung, sehingga meskipun susunan dalam deret di pindah, anak tetap
mengetahui jumlahnya sama. (Gunaris, 1990) dalam (Desmita,2009). Jadi, anak pada
usia sekolah (masa Konkrit operasional) dapat mengetahui identitas berbagai
benda dan mulai memahami akan susunan dan urutan tertentu.
2.Remaja (SMP dan SMA)
Pada masa remaja, kemampuan
anak sudah semakin berkembang hingga memasuki tahap pemikiran operasional
formal. Yaitu suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia
kira-kira 11 dan 12 tahun dan terus berlanjut sampai usia remaja sampai
masa dewasa (Lerner & Hustlsch, 1983) dalam (Desmita, 2009). Pada masa
remaja, anak sudah mampu berfikir secara abstrak dan hipotesis, sehingga ia
mampu berfikir apa yang terjadi atau apa yang akan terjadi. Mereka sudah mampu
berfikir masa akan datang dan mampu menggunakan symbol untuk sesuatu benda yang
belum diketahui.
D.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif
merupakan salah satu topik yang sering dibicarakan dan diperdebatkan banyak
orang. Berbagai cara dilakukan supaya perkembangan kognitif
seorang anak menjadi optimal. Perkembangan kognitif meliputi perkembangan dalam
hal pemikiran, intelegensi, dan bahasa.
Berdasarkan posting dari
(Wiriana, 2008), kemampuan kognitif seseorang dipengaruhi oleh dua hal yaitu,
faktor herediter atau keturunan dan faktor non herediter. Faktor herediter
merupakan faktor yang bersifat statis, lebih sulit untuk berubah. Sebaliknya,
faktor non herediter merupakan faktor yang lebih plastis, lebih memungkinkan
untuk diutak-atik oleh lingkungan. Pengaruh non herediter antara lain peranan
gizi, peran keluarga, dalam hal ini lebih mengarah pada pengasuhan, dan peran
masyarakat atau lingkungan termasuk pengalaman dalam menjalani kehidupan.
Perkembangan kognitif
sendiri sudah dapat dipersiapkan sejak dalam kandungan sampai dewasa. Asupan gizi yang sehat
dan seimbang menjadi fondasi bagi perkembangan kognitif. Calon bayi juga dapat
dirangsang dengan cara memberikan stimulus atau rangsangan seperti, mengajak
bercakap-cakap, mendengar musik, melakukan relaksasi, menjaga stabilitas emosi
pada ibu. Setelah lahir, rangsangan yang diberikan juga tetap diberikan.
Salah satu perkembangan
fisik yang mempengaruhi perkembangan kognitif adalah perkembangan otak
(Wiriana, 2008). Otak berkembang paling pesat pada masa bayi. Pada masa
kanak-kanak otak tidak bertumbuh dan berkembang sepesat masa bayi. Pada masa
awal kanak-kanak, perkembangan otak dan sistem syaraf berkelanjutan. Otak dan
kepala bertumbuh lebih pesat daripada bagian tubuh lainnya. Bertambah
matangnya otak, dikombinasikan dengan kesempatan untuk mengalami suatu
pengalaman melalui rangsangan dari lingkungan menjadi sumbangan terbesar bagi
lahirnya kemampuan-kemampuan kognitif pada anak. Artinya, perkembangan kognitif
menjadi optimal jika ada kematangan dalam pertumbuhan otak serta ada rangsangan
dari lingkungannya.
Dalam posting (Wiriana,
2008) pun dijelaskan tentang faktor yang mempengaruhi perkembangan
kognitif adalah:
1.Gaya pengasuhan.
Baumrind menekankan tiga
tipe gaya pengasuhan yang dapat mempengaruhi perkembangan
kognitif, pada anak (Wiriana, 2008), yaitu :
a.Gaya pengasuhan Otoriter (authoritarian
parenting)
Gaya
pengasuhan otoriter adalah suatu gaya yang membatasi dan menghukum yang
menuntut anak untuk mengikuti perintah-perintah orangtua dan menghormati
pekerjaan dan usaha. Orangtua yang otoriter menetapkan batasan-batasan yang
tegas dan tidak memberikan peluang pada anak untuk berbicara atau
bermusyawarah.
b.Gaya pengasuhan Otoritatif
(authoritative parenting)
Gaya pengasuhan Otoritatif adalah merupakan pengasuhan
yang mendorong anak untuk tetap mandiri tapi masih menetapkan batas-batas dan pengendalian
atas tindakan-tindakan mereka. Orangtua
mampu menunjukkan kehangatan dan kasih sayang sekaligus memungkinkan untuk
melakukan musyawarah dalam menghadapi persoalan.
c. Gaya
pengasuhan Permisi (permissive parenting)
Gaya pengasuhan permisi dibagi
menjadi dua yaitu :
a. Pengasuhan permissive indulgent
Pengasuhan permissive indulgent merupakan suatu gaya
pengasuhan dimana orangtua menjadi sangat terlibat dalam kehidupan anak tetapi
menetapkan sedikit batasan atau kendali terhadap perilaku mereka. Perkembangan kognitif ini
menjadi kurang optimal karena tidak mengetahui mana hal yang benar dan kurang
benar.
b.
Pengasuhan permissive indifferent
Pengasuhan permissive
indifferent adalah gaya pengasuhan dimana orangtua sangat tidak terlibat dalam
kehidupan anak. Mereka berkembang menjadi pribadi yang cenderung
liar, kurang mampu mengenal aturan serta menjadi kurang mampu membangun kemandirian
dengan baik.
3.
Pengaruh lingkungan.
Pengaruh lingkungan juga memberikan andil yang
cukup besar terhadap perkembangan kognitif anak. Lingkungan dalam konteks ini adalah lingkungan
di luar rumah atau keluarga. Lingkungan pertama yang berpengaruh adalah
sekolah, pengaruh teman sebaya (peers), status sosial ekonomi, peran gender
dalam keluarga, dan media masa.
Beberapa tips untuk
mengembangkan kemampuan kognitif pada anak (Wiriana, 2008), antara lain :
1. Asupan gizi yang memadai dan disesuaikan
dengan kebutuhan anak.
2. Melakukan beberapa
latihan fisik dan relaksasi seperti, brain gym.
3. Keluarga sebagai fondasi bagi perkembangan anak ke
depan hendaknya mampu menciptakan suasana yang
harmonis, hangat dan penuh kasih sayang.
TANYA JAWAB :
1.
FENALIA PUTRI (172)
Bagaimaa orang yang mempunyi perkembangan
kognitif lambat, maka orag tersebut termasuk kedalam tahap apa ?
Jawaban :
menurut kelompok V termasuk kedalam tahap anak
anak, karna kita tidak bias menuntut anak tersebut berbuat lebih.
2.
MUHAMMAD MUNZIR ROMDHANI (150)
Tahap kognitif, tahap proaposional yang
terjadi dalam 2 sampai 7 tahun . termasuk dalam proses apa..??
Jawaban :
Pada tahap ini anak dimana mulai memeplajari
gambar dan mengetahui dunia baru dari apa yang dilihat pada gambar tersebut,
bias juga symbol simbolnya seperti apa yang mereka tangkap dari peglihatanya.
Bias juga melihat apa yang terjadi di lingkungannya. Tahapan ii berusia 0
hingga 2 tahun motorik sensorik, pada tahapan ini anak belum bias membuat
konsep, melalui dunia sensorik & motorik tapi sudah mampu berfikir mengenal
dunia.
3.
DWI RIDHO (153)
Masalah kognitif sering menjadi masalah
formal, bagaimana pandangan anda & bagaimana cara mengatasinya?
Jawaban :
Tergantung individu, harus ada kemauan untuk
maju, kognitif ini dianggap sebagai panggul, siapa yang tangguh akan sukses.
Dalam dunia pendidikan dominan menjadi komponen yang terpenting, tes untuk
kelulusan itu jika bias mengajarkan soal untuk mengukur perkembangan kognitif.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif pada peserta didik
merupakan suatu pembahasan yang cukup penting bagi pengajar maupun orang tua.
Perkembangan kognitif pada anak merupakan kemampuan anak untuk berpikir lebih
kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah yang
termasuk dalam proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya.
Dalam memahami perkembangan kognitif, kita
harus mengetahui proses perkembangan kognitif tersebut. Perkembangan kognitif
dapat dikaji dengan menggunakan dua cara yaitu dengan pendekatan tentang
tahapan-tahapan perkembangan kognitif yang dijelaskan oleh Piaget dan dengan
caran system pemprosesan informasi. Pada teori pemprosesan informasi lebih
menekankan bagaimana proses-proses terjadinya perkembangan kognitif, tetapi
pada teori Piaget membagi proses tersebut ke dalam berbagai tahapan.
Selain itu karakteristik perkembangan kognitif
peserta didik juga harus dapat dipahami semua pihak. Dengan pemahaman pada
karakteristik perkembangan peserta didik, pengajar dan orang tua dapat
mengetahui sebatas apa perkembangan yang dimiliki anak didiknya sesuai dengan
usia mereka masing-masing, sehingga pengajar dan orang tua dapat menerapkan
ilmu yang sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak didik.
Tidak kalah penting, pengajar juga harus
mengetahui tentang factor-faktor yang mempengaruhi peserta didik. Yang sangat
sentral dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif
adalah gaya pengasuhan dan lingkungan. Biasanya gaya pengasuhan lebih
diterapkan pada anak-anak. Pada pengasuhan ini merupakan cikal-bakal
perkembangan kognitif tersebut, karena ketika anak diasuh secara tidak sesuai
dengan semestinya, ini akan berakibat pada perkembangan kognitif anak, bahkan
pada perkembangan mental anak tersebut. Lingkungan pun sangat berpengaruh pada
perkembangan kognitif, semakin buruk lingkungan maupun pergaulan seseorang maka
kemungkinan pengaruh lingkungan pada perkembangan kognitif anak semakin besar.
Meskipun banyak hal dan kendala dalam
perkembangan kognitif anak, setidaknya kita sebagai calon pengajar maupun
sebagai orang tua harus memahami tentang perkembangan kognitif agar cara
pengajaran kita sesuai dengan kemampuan kognitif masing-masing anak.
B. Saran
1. Diharapkan kepada peserta didik dan pengajar
maupun orang tua agar dapat ikut berpartisipasi dalam memahami tentang
perkembangan kognitif.
2. Selalu belajar serius agar menjadi peserta
didik yang nantinya dapat dengan mudah memahami tentang perkembangan
kognitifnya.
3. Peran serta pemerintaah, masyarakat, pengajar,
orang tua juga perlu untuk mengawasi perkembangan kognitif setiap anak dan
peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar