JURNAL PERKEMBANGAN
BELAJAR PESERTA DIDIK
ASPEK
PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK
PESERTA DIDIK
(Untuk
Memenuhi Tugas Mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik)
Yang
dibina oleh Bpk. Nur Widodo
Disusun
Oleh :
Dewi Rosita (201210070311145)
Lintang
aisyah fatma nagari (201210070311159)
Yana
ismiarti (201210070311157)
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG
NOVEMBER 2012
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK
Psikomotorik
adalah berhubungan atau mengarah kepada akibat-akibatmotor dari proses mental
(kerja otak).Kemampuan motorik berasal daribahas Inggris yaitu motor ability,
dalam Filosofi Pembelajaran dan MasaDepan Teori Pendidikan Jasmani Kephart,
mendefinisikan bahwa motoradalah gerak dari dorongan dalam (internal) yang
diarahkan kepada beberapamaksud lahiriah (external) dengan ujud ketrampilan
rendah Perkembangan keterampilan motorik (motor skill) ini
merupakanketerampilan yang dimiliki seseorang untuk mampu melakukan
suaturangkaian gerakan jasmaniah dalam urutan tertentu, dengan
mengadakankoordinasi antara gerak berbagai anggota badan secara terpadu.
Ciri khas
dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yaiturangkaian gerak-gerik yang
berlangsung secara teratur dan berjalan lancar tanpa dibutuhkan banyak refleksi
atau berfikir terhadap apa yang harusdilakukan dan mengapa harus mengikuti
suatu gerakan.
Dari
penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yangdimaksud dengan
perkembangan psikomotorik adalah perkembangankepribadian manusia yang
berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsiotot akibat adanya dorongan dari
pemikiran, perasaan dan kemauan daridalam diri seseorang.
B. PENTINGNYA PERKEMBANGAN PSIKOMOTORIK DALAM
PEMBELAJARAN
Kemampuan psikomotorik hanya bisa dikembangkan dengan latihan latihan yang
menuju kearah peningkatan kemampuan anak. Pengembangan ini memerlukan
rangsangan yang adekuat agar perkembangan potensi psikomotorik anak bisa
optimal.
a. Faktor yang Mempengaruhi Fsikomotorik Anak
a.
faktor pola asuh orang tua
b.
Gen Dari Orang Tua
c.
Pengaruh Lingkungan
b. Interior
Ruang Belajar Mempengaruhi Peningkatan Potensi Psikomotorik Anak
Preiser
dalam Laurens (2004:1) menjelaskan bahwa kebiasaan mental dan sikap perilaku
seseorang dipengaruhi oleh lingkungan fisiknya. Adapun lingkungan fisik
tersebut antara lain berupa kondisi fisik hunian (bangunan), ruang (interior)
beserta segala perabotnya, dan sebagainya. Jika bangunan itu memiliki
ruang-ruang yang sangat nyaman untuk dihuni dan untuk beraktivitas di dalamnya,
maka dapat mempengaruhi pembentukan dan perkembangan perilaku manusia. Ruang
yang baik untuk perkembangan anak-anak TK, yaitu ruangan yang menyediakan
area-area aktivitas tersendiri yang meliputi entry zone, messy zone, active
zone, dan quiet zone (Olds, 2001:349). Penggunaan unsur-unsur
interior tidak boleh terlalu dominan terhadap unsure lainnya melainkan seimbang
atau sesuai prinsip-prinsip perancangan interior, supaya tidak menimbulkan
kekacauan di dalam ruangan (Laksmiwati, 1989). Unsur-unsur perancangan tersebut
meliputi garis, bentuk, motif, tekstur, ruang, warna, penerangan, akustik, dan
bahan.
Adapun
prinsip-prinsip perancangan interior meliputi harmoni atau keselarasan,
proporsi, keseimbangan, irama, dan titik berat. Para psikolog telah melakukan
beberapa eksperimen yang telah dapat dibuktikan bahwa penggunaan warna yang
tepat untuk sekolah dapat meningkatkan proses belajar mengajar, baik bagi siswa
maupun gurunya. Suatu lingkungan yang dirancang dengan baik, bukan hanya
memberi kemudahan belajar, tetapi juga dapat mengurangi masalah-masalah
perilaku yang negatif (Darmaprawira., 2002:133).
c. Warna
` Warna adalah spektrum tertentu
yang terdapat di dalam suatu cahaya putih Identitas suatu warna ditentukan panjang
gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer.
Menurut Olds
(2001:231), penyelesaian interior (finishing) berpengaruh sangat besar
terhadap anak-anak daripada desain bangunan secara keseluruhan. Demikian pula
jenis bahanbahan yang digunakan dalam penyelesaian interior dapat menentukan
respon anak-anak terhadap interior. Penyelesaian interior tersebut, antara lain
meliputi tekstur, lantai, plafon, dinding, tanda dan seni, serta perabot. Meja
tempat buku cerita di area bahasa, yaitu merah muda dan warna tersebut termasuk
dalam kelompok warna merah yang bersifat menarik perhatian, memberi kesan
menggairahkan, merangsang otak, agresif, berani, dan perkasa (Laksmiwati,
1989).
Menurut
Laksmiwati (1989), warna merupakan unsur yang biasanya paling menarik perhatian
daripada unsur-unsur lain yang dapat ditangkap indera penglihatan dan skema
warna yang sesuai untuk anak-anak yang memerlukan rangsangan dinamika yang
tinggi, yaitu skema warna triadik (warna primer atau sekunder).
C.
TAHAPAN TAHAPAN PENGEMBANGAN PSIKOMOTORIK
1.
Tahap Kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan gerakan yang
kaku dan lambat. Hal tersebut terjadi karena anak ataupun siswa masih dalam
taraf belajar untuk mengendalikan gerakan gerakanya. Dia harus berfikir sebelum
melakukan suatu gerakan, pada tahap tersebut siswa sering membuat kesalahan dan
kadang terjadi tingkat frustasi yang tinggi.
2. Tahap Asosiatif
Pada tahap ini seorang anak ataupun siswa membutuhkan
waktu yang lebih pendek untuk memikirkan tentang gerakanya, dia mulai dapat
mengasosiasikan gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah
dikenal. Tahap ini masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan
psikomotorik oleh karena itu gerakan gerakan dalam tahap ini belum
menjadi gerakan yang bersifat otomatis. Pada tahap ini siswa ataupun anak masih
menggunakan pikiranya untuk melakukan suatu gerakan, tetapi waktu yang
diperlukan untuk berfikir lebih sedikit dibanding pada waktu dia berada pada
tahap kognitif. Gerakannya sudah tidak kaku kerena waktu yang dipergunakan
untuk berfikir lebih pendek.
3. Tahap otonomi
Pada tahap ini seorang siswa telah mencapai tingkat
otonomi yang tinggi, proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia masih
dapat memperbaiki gerakan garakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap
otonomi karena siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk
melakukan gerakan gerakan. Pada tahap ini gerakan yang dilakukan secara spontan
oleh karenanya gerakan yang dilakukan juga tidak mengharuskan pembelajaran
untuk memikirkan tentang gerakanya.
Tehnik Mengembangkan Potensi Psikomotorik Pada Peserta Didik
a). Model Permainan Atau Out Bond
Model yang satu ini mungkin menjadi yang terfavorit. Hal
ini karena pada out bond terdapat beberapa macam permainan permainan yang
semuanya memiliki manfaat atau memiliki tujuan tertentu. Terutama dalam
peningkatan kemampuan psikomotorik anak. Dalam setiap permainan yang ada pada
out bond terdapat makna yang tersirat ataupun tersurat. Out bond melatih
ketrampilan kerjasama dalam team dan melatih kemampuan psikomotorik anak.
b).
Model Meniru
Dalam model ini guru menyuruh anak didik untuk menirukan atau mengikuti apa
yang diinginkan oleh guru. Model meniru dilakukan guna memberi contoh kepada
anak didik agar bisa mengikuti apa yang diinginkan oleh gurunya. Seperti pada
saat guru mengajarkan menari, maka anak didik harus benar benar memperhatikan
apa yang dicontohkan oleh gurunya itu kemudian anak tersebut harus bisa
melakukan apa yang baru saja dicontohkan oleh gurunya tersebut.
a)
Model Kelompok Belajar dan Bermain
Model ini sangat baik dilakukan pada tahap kanak kanak atau SD karena pada
tingkat ini kecenderungan anak adalah berkelompok dan bermain. Dengan bermain
sambil belajar maka tingkat psikomotorik anak akan berkembang dengan cepat
pula. Salah satu prinsip belajar adalah menyenangkan, maka dengan bermain akan
menghadirkan rasa senang dalam belajar. Dapat diharapkan belajar psikomotorik
dengan hati senang akan menghasilkan kemampuan motorik yang berkualitas.
Stimulasi Untuk Meningkatkan Potensi Psikomotorik .
Peningkatan potensi psikomotorik anak akan lebih teroptimalkan jika
lingkungan anak menstimulasi mereka untuk bergerak secara bebas. Stimulasi
dapat dilakukan dengan menyediakan ruang gerak yang memungkinkan untuk berlari
melompat dan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan cara cara yang
maksimal. Selain itu penyediaan alat bermain diperlukan untuk mendorong anak
meningkatkan koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuhnya. Stimulasi stimulasi
tersebut akan membantu pengoptimalan kemampuan psikomotorik kasar, koordinasi
halus (finer coordination), fisik dan stamina.
Tumbuh kembang potensi psikomotorik anak memerlukan stimulasi stimulasi
guna tercapai pengoptimalannya. Pada anak anak dapat dilakukan stimulasi
diantaranya dengan :
a. Diberikan dasar dasar ketrampilan untuk menulis dan menggambar;
b. Ketrampilan berolah raga atau menggunakan alat olah raga;
c. Gerakan geraka permainan, seperti melompat memanjat dan berlari; dan
d. Baris berbaris secara sederhana.
Kemampuan motorik halus bisa dikembangkan dengan cara menggambar, menari,
memainkan alat musik (piano, guitar), anak menggali pasir dan tanah, menuangkan
air, mengambil dan mengumpulkan batu batu, dedaunan atau benda kecil lainya,
dan bermain permainan luar ruangan seperti bermain kelereng. Peningkatan
potensi psikomotorik halus ini merupakan modal dasar untuk menulis.
TANYA JAWAB :
1.
Dwi
kurniawati (201210070311139)
Petanyaan : Bagaimana cara
menyeimbangkan antara kemampuan psikomotorik dengan akademik seseorang?
Jawab : hal itu tidak bisa di
seimbangkan karena setiap orang mempunyai kemamapuan yang berbeda.
Menurut nayla berliana : bisa,
dengan cara di biasakan sejak kecil, di pengaruhi faktor lingkungan dan kemauan
dari anak tersebut.
2.
Nayla
berliana (201210070311172)
Pertanyaan : pada tahap
kognitif di tandai gerak yang kaku dan lambat, apa yang di maksud dengan
tersebut? berikan contoh!
Jawab : Ditandai dari anak
usia 1th yang baru belajar berjalan, jadi gerakannya masih kaku dan lambat.
Menurut Ulfa maulidya farid :
perkembangan manusia yang membutuhkan proses yang lama.
3.
Fennalia
Putri Sabdana
Pertanyaan : Bagaiman hubungan
psikomotorik dengan kejiwaan ( psikologis) seseorang?
Jawab : Hubunagan psikomotorik
dan psikologis sangat erat, jika kondisi psikologis seseorang terganggu maka
psikomotorik orang tersebut juga akan terganggu.
BAB III
KESIMPULAN
ü
Dari
penjelasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa yangdimaksud dengan
perkembangan psikomotorik adalah perkembangankepribadian manusia yang
berhubungan dengan gerakan jasmaniah dan fungsiotot akibat adanya dorongan dari
pemikiran, perasaan dan kemauan daridalam diri seseorang.
ü
Peningkatan potensi perkembangan psikomotorik merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam kesuksesan pengajaran. Dengan peningkatan kemampuan
motorik, anak akan mampu menerima pengajaran sesuai dengan batasan jenjang pendidikanya.
Beberapa konstelasi perkembangan motorik individu dipaparkan oleh Hurlock
(1996) sebagai berikut :
a). Melalui ketrampilan motorik, anak
dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa
senang memiliki ketrampilan memainkan boneka, melempar bola dan memainkan alat
alat mainan.
b). Dengan keterampilan motorik anak dapat
beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan bulan pertama dalam kehidupanya
kepada kondisi yang independen. Anak dapat bergerak dari satu tempat ketempat
yang lain, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya sendiri. Kondisi ini akan
menunjang perkembangan rasa percaya diri.
c). Melalui peningkatan potensi
perkembangan psikomotorik anak dapat menyesuaikan dangan lingkungan sekolah.
Pada masa pra sekolah atau pada masa awal sekolah dasar, anak sudah dapat
dilatih menulis menggambar melukis dan baris berbaris.
d). Melalui peningkatan potensi
prkembangan psikomotorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain dan
bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normal akan menghambat
dalam bergaul dengan teman sebayanya, bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi
anak yang terpinggirkan
e). Peningkatan potensi perkembangan
psikomotorik sangat penting bagiperkembangan self concept (kepribadian
anak)
ü
Tahapan tahapan pengembangan psikomotorik
1.
Tahap
kognitif
Tahap ini ditandai dengan adanya gerakan gerakan yang kaku dan lambat. Hal
tersebut terjadi karena anak ataupun siswa masih dalam taraf belajar untuk
mengendalikan gerakan gerakanya
2.
tahap
sosiatif
Pada tahap ini seorang anak ataupun siswa membutuhkan waktu yang lebih
pendek untuk memikirkan tentang gerakanya, dia mulai dapat mengasosiasikan
gerakan yang sedang dipelajarinya dengan gerakan yang sudah dikenal. Tahap ini
masih dalam tahap pertengahan dalam perkembangan psikomotorik oleh karena itu
gerakan gerakan dalam tahap ini belum menjadi gerakan yang bersifat
otomatis
3.
tahap
otonomi
Pada tahap ini seorang siswa telah mencapai tingkat otonomi yang tinggi,
proses belajarnya sudah hampir lengkap meskipun dia masih dapat memperbaiki
gerakan garakan yang dipelajarinya. Tahap ini disebut tahap otonomi karena
siswa sudah tidak memerlukan kehadiran instruktur untuk melakukan gerakan
gerakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar